Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Covid-19 Mengamuk, Kasus Corona di Asia Tenggara Langsung Meroket

Covid-19 Mengamuk, Kasus Corona di Asia Tenggara Langsung Meroket Petugas pemakaman mengangkat peti jenazah untuk dimakamkan dengan protokol COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Senin (1/2/2021). Menurut data dari UPTD Pemakaman Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, tercatat sampai tanggal 27 Januari 2021 telah dimakamkam secara protokol COVID-19 sebanyak 2.693 jenazah di TPU Keputih, sebanyak 1.282 jenazah di TPU Babat Jerawat dan dikremasi sebanyak 360 jenazah. | Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Covid-19 makin ngamuk di sejumlah Asia Tenggara. Jumlah kasusnya makin meroket. Masifnya penularan Covid-19 akibat virus varian Delta. Asia Tenggara disebut menjadi pusat virus global itu.

Dilansir Reuters, kema­rin, Thailand melaporkan 15.376 kasus virus Corona. Angka tersebut menjadi rekor harian selama dua hari berturut-turut di negara dengan penduduk lebih dari 66 juta itu.

Baca Juga: Jenderal Pentagon Siap Kunjungan Safari ke Asia Tenggara, Katanya Galang Dukungan Lawan...

Sementara Malaysia, salah satu negara dengan tingkat in­feksi per kapita tertinggi di Asia Tenggara, melaporkan pada Minggu (25/7/2021), 17.045 kasus baru. Sehingga total kasus Covid-19 menjadi 1.013.438. Sedangkan jumlah kematian mencapai 8.000 orang. Negeri jiran itu telah memberlakukan lockdown demi mengekang penularan virus SARS-Cov-2 itu.

Rumah sakit dan tenaga kesehatan (nakes) di Asia Tenggara yang berpenduduk lebih dari 650 juta orang pun kewalahan. Mereka melaporkan kekurangan tempat tidur, ventilator, hingga oksigen.

Puncaknya, kemarin. Ribuan dokter kontrak Malaysia mogok kerja. Para dokter menuntut penempatan permanen, perbaikan gaji dan tunjangan yang lebih baik. Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yas­sin telah menjanjikan perpan­jangan kontrak hingga empat tahun. Tapi menurut mereka itu tidak cukup.

Dengan sistem yang ada saat ini, dokter kontrak terancam menganggur setelah pelatihan selama lima tahun berakhir. Se­bab, pemerintah tidak memiliki anggaran untuk mengangkat mereka menjadi pegawai tetap.

Meski menggelar protes, para dokter tersebut menja­min pelayanan tidak terganggu. Mereka tetap bekerja bergiliran. Jika diperlukan, mereka harus kembali ke pos dan memberikan layanan pada pasien kritis.

Direktur Jenderal Kementeri­an Kesehatan Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan, pasien tetap berisiko tanpa hadirnya para dokter. Dia juga mengingat­kan, para dokter kontrak terikat sumpah.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: