Ancaman Keamanan Baru di Depan Mata, India Berusaha Keras Mereformasi Militernya
Petinggi militer India bertemu pekan lalu untuk membahas reformasi besar-besaran, yang bertujuan untuk mengintegrasikan kemampuan tentara, angkatan laut dan angkatan udara.
Dalam rencana yang didukung oleh pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, 17 unit layanan tunggal saat ini akan berada di bawah lima "perintah teater" dalam upaya untuk membangun pendekatan terpadu untuk menangani konflik di masa depan.
Baca Juga: Pembangunan Rel Kereta Api India di Perbatasan China Buka Kekhawatiran Bencana...
Namun, laporan perselisihan antara kepala dinas muncul saat mereka bertengkar mengenai struktur dan lingkup komando terpadu.
Dilansir DW, Jumat (30/7/2021) awal bulan ini, Kepala Staf Pertahanan Jenderal Bipin Rawat dan kepala angkatan udara, Rakesh Kumar Singh Bhadauria, dilaporkan bertukar kata-kata kasar atas reformasi yang diusulkan.
Pada 2 Juli, Rawat, yang ditugaskan untuk menciptakan "komando teater" mengatakan bahwa angkatan udara India tetap menjadi "lengan pendukung" angkatan bersenjata. Ada laporan bahwa angkatan udara tidak setuju dengan reformasi komando terpadu.
Reformasi 'sudah lama tertunda'
Waktu reformasi yang diusulkan sangat penting, karena militer India menghadapi tantangan dari berbagai bidang, termasuk ketegangan perbatasan dengan China dan Pakistan.
“Reformasi sudah lama tertunda. Militer India beroperasi di bawah struktur lama dan ide-ide lama yang tidak akan efektif jika konflik baru muncul,” Arzan Tarapore, peneliti Asia Selatan di Universitas Stanford, mengatakan kepada DW.
Amit Cowshish, mantan penasihat keuangan Kementerian Pertahanan, mengatakan ancaman keamanan terhadap India terus berubah menjadi bentuk baru.
"Perselisihan perbatasan dengan China telah memperoleh dimensi baru seperti yang terlihat di Ladakh tahun lalu. China juga meningkatkan serangannya ke Samudera Hindia dan telah membuat tawaran ke tetangga India," kata Cowshish kepada DW.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto