Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jangan Ragu Berinvestasi Saham Meski Pandemi Covid-19, Ini Alasannya

Jangan Ragu Berinvestasi Saham Meski Pandemi Covid-19, Ini Alasannya Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Head of LOTS Service LOTUS Sekuritas, Krisna Dwi Setiawan, mengungkapkan meski saat ini berada pada situasi pandemi Covid-19, jangan pernah ragu untuk memulai investasi, khususnya pasar saham.

“Jangan sampai nanti ketika nanti sudah punya dana yang besar nantinya jangan sampai nanti terjebak pada situasi tertentu,” ujarnya dalam Sesi 2 pada Universitas Indonesia Investment Class, Minggu (8/8/2021).

Krisna mengatakan, meski dalam situasi pandemi Covid-19, bukan menjadi alasan terbesar untuk tidak melakukan investasi pasar saham. Sebab, sudah banyak investor global yang memprediksikan perekonomian Indonesia akan mengalami kejayaan di tahun 2030. Sedangkan momentum kejayaan perekonomian Indonesia pada 2045 mendatang.

Baca Juga: Bukan Kaleng-Kaleng! Matahari Mau Rogoh Kocek Rp450 Miliar Demi Borong Saham Masyarakat

“Karena itu sekarang masih berumur 20-an, di tahun 2045 sudah matang dan mapan finansial kalau bisa investasi sekarang, besok tinggal panennya,” ungkapnya.

Hal lain yang menjadi keuntungan ketika memulai investasi saham saat ini adalah situasi rendahnya suku bunga bank yang tergolong rendah. Salah satu contohnya, bila menempatkan dana deposit di Bank BCA yang menjadi salah satu terbesar di Indonesia memberikan bunga sebesar 2,8 persen.

Jumlah tersebut berbeda jauh bila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya yang masih memiliki program special rate. Program tersebut yang menyebabkan orang-orang kaya yang masuk dalam kelas atas, mendepositokan keuangannya di bank dengan bunga sebesar 5 persen. Bahkan dapat menyentuh angka 9-10 persen.

Kini, lanjut Krisna, dengan jumlah suku bunga yang merata di angka 2,8 persen, menyebabkan sebagian besar orang-orang kaya di Indonesia merasa gelisah karena keuangan yang disimpannya tidak memberikan return dalam persentase yang besar.

“Suku bunga 2,8 persen itu belum dipotong pajak karena pajak bunga deposito itu 20 persen jadi 2,8 dipotong 20 persen. Nettnya 2,5 itu rendah sekali, dulunya  banyak orang berduit menengah ke atas sangat dimanjakan dengan bunga deposito.

Krisna menyebut, di tengah situasi suku bunga yang rendah dengan kondisi pandemi Covid-19, memicu masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Hal tersebut merupakan salah satu cara alternatif untuk menghasilkan return di tengah pandemi dan memaksa orang harus tetap berada di rumah.

“Artinya dulu berinvestasi di tempat lain sekadar menaruh uang di deposito, akhirnya banyak yang beralih ke bursa efek indonesia atau pasar modal,” ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: