Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kembali jadi sorotan lantaran membuat lomba tulis bertema hormat bendera menurut hukum Islam. Tema ini menuai kritikan dari berbagai pihak termasuk tokoh agama.
Terkait itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin, memberikan penjelasan dalam Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne. Hadir sebagai narasumber lain adalah pendakwah Haikal Hassan.
Baca Juga: Kritik Tema Lomba BPIP, Ustaz Adi Hidayat: Dasar Pemikirannya Sangat Lemah...
Ngabalin menyampaikan meski sudah merdeka, tak bisa dilupakan bahwa Indonesia masih terdapat orang yang berteriak tentang asas negara. "Masih ada orang berkepentingan tentang asas Islam. Masih ada orang berkepentingan bicara negara Islam," ujar Ngabalin dilansir VIVA, Senin (16/8/2021).
Dia menyampaikan bila BPIP memasukkan tema tersebut juga mesti dilihat dari aspek lain. Sebab, kata dia, dalam lomba itu ada kriteria dan rumusan ilmiahnya. Menurutnya, ada tiga hal yang mesti diperhatikan.
Dia merincikan tiga hal itu, yakni pertama, kreativitas peserta lomba dalam mengembangkan materi dan bahan tulisan. Kedua, ia bilang soal penulisan. "Ketiga, manfaatnya. Mari kita ambil manfaatnya kemudian kita pertajam manfaat yang mungkin juga untuk mahasiswa dan pelajar. Mempersempit apa yang menjadi perbedaan," tutur Ngabalin.
Kemudian, ia menambahkan saat ini tak bisa dihindari masih ada anggapan sejumlah pihak seperti mencium bendera itu syirik dan haram dalam hukum Islam. "Menghormati inspektur upacara dikatakan juga syirik dan lain-lain," ujar mantan politikus Partai Bulan Bintang (PBB) itu.
Pun, ia menjawab pertanyaan Haikal Hassan terkait tema kemerdekaan dalam lomba tulis BPIP yang hanya seperti menyentuh umat Islam, tidak umat beragama lain. Menurut Ngabalin, soal kemerdekaan dengan lomba tulis BPIP untuk santri ini memang terkait Islam.
"Karena yang selalu dikaitkan, dimunculkan itu adalah kaitan dengan komunitas Muslim. Yang mengharamkan cium itu hanya Islam saja ya akhi," katanya.
Dalam penjelasanya, Ngabalin juga menyinggung ormas yang dibubarkan pemerintah seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) karena memiliki paham bertentangan dengan Pancasila. Saat ditanya presenter tvOne terkait kelanjutan lomba tulis BPIP meski menuai kritikan, ia menegaskan masih tetap dilanjutkan alias tak dibatalkan. "Lanjut lah," ujar Ngabalin.
Respons BPIP
Sebelumnya, pihak BPIP menyampaikan penjelasan alasan menggelar lomba tulis dengan tema hormat bendera menurut Islam. Kemudian, tema kedua yaitu menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam.
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan BPIP, Antonius Benny Susetyo, menjelaskan lomba penulisan artikel dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2021. "Ini kan bertepatan Hari Santri, memang BPIP membuat lomba-lomba dengan Hari Santri untuk memperkuat rasa nasionalisme," kata Benny, Jumat, 13 Agustus 2021.
Benny menambahkan, lomba serupa juga akan digelar pada hari Natal, perayaan Khonghucu, dan perayaan-perayaan hari besar agama lain. Kata dia, bisa dalam bentuk lomba pidato, esai, animasi atau sebagainya supaya pesan-pesan nasionalisme dan semangat kebangsaan bisa disampaikan secara tepat.
"Tapi, ya itu lah demokrasi. Jadi, BPIP mengucapkan banyak terima kasih atas tanggapan dan semua itu positif," ujarnya.
Menurut dia, sejauh ini peserta lomba juga tak mempersoalkan tema. Namun, terkait kritikan yang muncul, ia menekankan BPIP tetap membuka diri. "BPIP konsisten memperkuat nasionalisme rasa kebangsaan itu, BPIP akan mengajak semua beragama," kata Benny.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum