Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

MenkopUKM Tinjau Musim Petik Buncis Standar Ekspor: Bangun & Perkuat Bisnis Model Sektor Pangan

MenkopUKM Tinjau Musim Petik Buncis Standar Ekspor: Bangun & Perkuat Bisnis Model Sektor Pangan Kredit Foto: Kemenkop UKM
Warta Ekonomi, Purbalingga -

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menegaskan bahwa pihaknya akan terus membangun dan memperkuat bisnis model di sektor pertanian (pangan) agar bisa masuk skala ekonomi.  

"Untuk itu, para petani berlahan sempit harus bergabung atau mendirikan koperasi, agar masuk skala ekonomi," kata Teten, dalam kunjungan kerja di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu (21/8/2021). Baca Juga: Kolaborasi LPDB-KUMKM, Koperasi, dan Pemkab Gelar Vaksinasi Bagi UMKM di Purbalingga

Dalam kunjungan kerja kali ini, MenkopUKM meninjau musim petik komoditas buncis (jenis lokal dan Kenya) untuk ekspor ke Singapura, di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja dan meresmikan Tani Bangga Store (Pasar Tani milik koperasi) di Desa Gemuruh, Kecamatan Padamara, Purbalingga. Baca Juga: Kantongi Lisensi OJK, TaniFund Targetkan 1 Juta Mitra Petani dan UMKM

Menurut Teten, dengan berkoperasi, para petani tidak lagi memikirkan produknya mau dijual ke mana.

"Koperasi yang akan berhadapan dengan pasar, agar ada kepastian harga dan pasar bagi produknya," imbuh MenkopUKM.

Di depan Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, dan Ketua Koperasi Petani Max Yasa Ngahadi Hadi Prawoto, MenkopUKM mengungkapkan, jika petani yang langsung berhadapan dengan pasar (buyer), terutama peritel besar, maka akan selalu kalah dalam posisi tawar.

Oleh karena itu, Teten pun mengapresiasi atas apa yang sudah dilakukan Ngahadi dalam membangun bisnis model di sektor pertanian, dengan menempatkan koperasi sebagai offtaker. 

Teten pun menunjuk LPDB-KUMKM yang memang ditugaskan untuk memperkuat kelembagaan dan permodalan koperasi di Indonesia.

"Kalau petani langsung jual ke supermarket atau pasar moderen, pembayarannya mundur tiga bulan, petani yang susah. Dengan berkoperasi, maka koperasi yang akan membeli hasil petani. Permodalan koperasinya akan diback-up LPDB-KUMKM," papar Teten.

Bagi Teten, koperasi memang harus memiliki kemampuan finansial untuk membeli seluruh hasil pertanian dari petani. 

Teten menyebutkan, sudah membangun Pilot Project dan bisnis model sektor pertanian di beberapa daerah, seperti Lampung (pisang), Aceh (kopi), dan sebagainya. "Nantinya, hal itu bisa direplika di berbagai daerah lain," tandas Teten.

Sementara itu, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM, Supomo, mengatakan bahwa pihaknya akan lebih memprioritaskan penyaluran dana bergulir untuk memperkuat permodalan koperasi di sektor produksi, terutama sektor pertanian.

"Dalam hal ini, LPDB-KUMKM telah melakukan upaya jemput bola, sekaligus pendampingan kepada koperasi-koperasi sektor riil potensial dan berorientasi ekspor," ucap Supomo.

Supomo mencontohkan, dengan pinjaman dana bergulir LPDB-KUMKM melalui Koperasi Makmur Mandiri (KMM), Ngahadi memanfaatkannya untuk penambahan modal kerja komoditas sayur mayur, modal kerja teknologi pengemasan atau packaging berorientasi ekspor.

Berorientasi Ekspor

Dalam kesempatan yang sama, Ngahadi Hadi Prawoto yang juga Ketua Koperasi Petani Max Yasa menjelaskan, Tani Bangga Store (minimarket/pasar moderen) didirikan bertujuan untuk mencetak petani-petani lebih moderen dalam pola pikir dan proses produksi, serta berorientasi ekspor.

"Sejak awal tanam hingga proses petik hasil, kami mendampingi para petani agar mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan kemasan produk yang baik," kata Ngahadi.

Atas kiprahnya tersebut, belum lama ini, Ngahadi mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai Duta Petani Andalan yang dikukuhkan oleh Presiden RI Joko Widodo.

Koperasi Max Yasa baru didirikan pada Februari 2020. Namun, kiprah Ngahadi membina sekitar 500 petani di Purbalingga sudah dilakukan sejak 2014 lalu. 

Sebagai offtaker, Ngahadi juga melakukan aneka pendampingan dan pembinaan para petani. Dari mulai menyediakan bibit yang unggul, pupuk, cara menanam dan memetik yang baik, hingga pemasaran. 

Ngahadi yang juga Ketua Pemuda Tani Purbalingga menjelaskan, beberapa komoditas yang dihasilkan para anggota koperasi sudah masuk ke pasar ekspor. Seperti labu madu, tomat, daun pisang, dan uni, dikirim ke Singapura. Sedangkan buah rambutan, pernah menghiasi pasar di Dubai.

"Selain untuk ekspor, kami juga memasok komoditas kentang sebanyak 320 ton ke industri besar Wings Food sejak tahun 2020," imbuh Ngahadi.

Ngahadi bersama petani Purbalingga sudah melakukan ekspor rutin hasil pertanian (buncis) ke Singapura. Sebelum pandemi volume ekspor mencapai 1,5 ton perhari. Tetapi, pada saat pandemi, mengalami penurunan volume ekspor sebesar 50% menjadi 700 kilogram buncis Kenya perhari, dan 700 kilogram buncis lokal perhari.

Sedangkan untuk harga jual, komoditas buncis Kenya Rp18.000 per kilogram dan buncis lokal Rp12.000 per kilogram. Pengiriman buncis dilakukan setiap Senin sampai dengan Kamis menuju Singapura melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: