Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sukses Pembangunan Berkelanjutan, Surya Paloh Puji Kepemimpinan Seumur Hidup di China

Sukses Pembangunan Berkelanjutan, Surya Paloh Puji Kepemimpinan Seumur Hidup di China Kredit Foto: Antara/Darwin Fatir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh, menyebut bahwa Indonesia memiliki keuntungan dan berpotensi menjadi negara maju. Sebab, Indonesia dalam aspek geografis tergolong strategis, memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan iklim yang mendukung, hingga memiliki penduduk terbesar keempat terbesar di dunia. Namun, masih memiliki sejumlah tantangan agar menjadi negara maju seperti China.

"China sekarang merombak konstitusi, melanjutkan pembangunan diperlukan stabilitas presiden seumur hidup saja. Saya yakin yang seumur hidup akan lebih kuat dibandingkan negara nasional yang terus berganti kepemimpinan," ujarnya dalam Pidato Kebangsaan Ketua Umum Partai Politik, Memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Senin (23/8/2021).

Baca Juga: Cerita Surya Paloh Getol Sederhanakan Jumlah Parpol

Bagi Surya, kondisi tersebut yang membuat China merasa percaya diri secara terbuka melakukan perang dagang dengan Amerika Serikat, yang membawa konsekuensi bagi Amerika Serikat yang dalam sistem pemilihan umumnya mewajibkan presiden terpilih maksimal dijabat selama dua periode. Kondisi tersebut membuka peluang terputusnya pembangunan berkelanjutan yang disebabkan pergantian pemerintahan baru.

Padahal, sebelumnya sebanyak 3/4 penduduk China berada di bawah garis kemiskinan. Sekarang, kondisi tersebut berbanding terbalik. Sebanyak 1/4 penduduk China berada di garis kemiskinan, sedangkan 3/4 lainnya masuk dalam kategori sejahtera. Selain itu, kini China sudah memiliki sepanjang 280 ribu km jalan tol yang saling mengoneksikan antardaerah di China.

"Padahal tahun 1977 itu Indonesia merupakan negara yang maju di bidang pembangunan infrastruktur, contohnya keberadaan Tol Jagorawit dan saat itu China belum memiliki," ujarnya.

Karena itu, mempersiapkan tahun emas Indonesia, kata Surya, diperlukan aliansi strategis dengan negara-negara maju agar tetap terjaga dengan memanfaatkan kelebihan masing-masing negara melalui hubungan bilateral agar dapat termotivasi maju dalam segala aspek.

"Sementara itu, kita sekarang masih disibukkan dengan permasalahan kata yang menyinggung, marah, warna kulit, suku, agama, dan perbedaan lainnya," sesalnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: