Pakar Beber Kemungkinan Apakah Kemenangan Taliban Berefek kepada Gerakan Jihadis
Kemenangan Taliban menguasai Afghanistan digadang-gadang berdampak pada geopolitik internasional, termasuk Indonesia. Benarkah keberhasilan Taliban itu juga akan memberikan efek terhadap pergerakan gerakan jihadis di Indonesia?
Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menilai kemenangan Taliban di Afghanistan tak berpengaruh besar bagi pergerakan terorisme di Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Dulu Ajarkan Islam Moderat ke Taliban, tapi Efeknya yang Didapatkan...
Dia menganggap isu menguatnya terorisme di Tanah Air hanya dibesar-besarkan pihak tertentu. "Ancaman terorisme di indonesia sebab kemenengan taliban itu sebatas dugaan, asumsi, kecurigaan, paranoid, dan cenderung fobia Islam serta tidak proporsional, Itu faktualnya," kata Harits dalam keterangan kepada Republika.co.id, Selasa (24/8).
Harits menduga ada kecondongan menjadikan kemenangan Taliban sebagai momentum menggelar isu ancaman terorisme di Indonesia. Menurutnya, isu ini berpeluang digemborkan mereka yang punya kepentingan dengan proyek isu terorisme.
"Padahal bisa jadi motifnya di baliknya adalah ragam kepentingan opurtunis, misal anggaran, pengalihan isu, secara sistemik memonsterisasi ajaran Islam yang diusung Taliban," ujar Harits.
Selain itu, Harits prihatin dengan pihak yang coba membuat Muslim di Indonesia malah fobia kepada ajaran agamanya sendiri. Hal semacam ini dia duga akan digencarkan dengan mendompleng isu kemenangan Taliban.
"Kemenangan Taliban dengan geliat terorisme di Indonesia relevansinya sangat kecil, namun bisa saja sengaja di besar-besarkan," ucap Harits.
Di sisi lain, Harits menilai kemenangan Taliban bisa dimaknai di Indonesia sebagai wujud rasa gembira dan syukur umat Islam. Menurutnya, kemenangan Taliban dapat diartikan akhir penjajahan terhadap Afghanistan yang sudah berlangsung menahun.
"Mereka (Muslim di Indonesia) bersyukur dan apresiasi dimana umat Islam di Afghanistan yang dimotori Taliban bisa mengakhiri penjajahan Amerika Serikat dan sekutunya atas negeri Afghanistan," tutur Harits.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi, mengkhawatirkan kemenangan Taliban di Afghanistan berpengaruh terhadap pola gerakan jaringan terorisme di Indonesia.
Salah satunya Jamaah Islamiyah (JI) yang memiliki resiliensi kuat dengan Afghanistan. Menurut Islah Bahrawi, pengiriman anggota Jamaah Islamiyah ke Afghanistan untuk berlatih militer dan perakitan bom dimulai sejak pertama kali berdiri pada 1992.
"Di bawah kepemimpinan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir, Jamaah Islamiyah pada saat itu secara berkala mengirimkan anggotanya ke Afghanistan hingga beberapa angkatan," ujar Islah Bahrawi dalam keterangannya, Senin (23/8).
Sementara itu, Kombespol Aswin Siregar dari Densus 88 mengatakan hampir semua pelaku bom di Indonesia sejak Bom Bali I tahun 2000 hingga 2009 merupakan alumni Afghanistan.
Dia mengingatkan, jaringan Jamaah Islamiyah hingga kini masih terus bergerak, mengingat gerakan mereka di bawah permukaan tidak pernah mengendur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: