Menurut CSIS di Universitas Stanford, ideologi kedua kelompok itu berbeda. Sementara Taliban fokus pada penegakan hukum syariah versinya di Afghanistan, ISIS-K memiliki aspirasi yang lebih besar, yakni untuk mendirikan kekhalifahan Islam di Timur Tengah dan Asia.
"Permusuhan antara kedua kelompok muncul baik dari perbedaan ideologis dan persaingan untuk sumber daya. IS menuduh Taliban menarik legitimasinya dari basis etnis dan nasionalistik yang sempit, daripada keyakinan Islam universal," kata pusat itu.
ISIS-K memandang kesepakatan Taliban dengan AS sebagai pengkhianatan jihad, perjuangan melawan musuh-musuh Islam. Dengan hal itu, mereka mengecam pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban.
Sekarang, kelompok itu menginginkan pujian karena membantu mengusir Amerika dari Afghanistan, kata Tom Warrick, mantan wakil asisten Sekretaris untuk Kontraterorisme di Departemen Keamanan Dalam Negeri, kepada CBS News.
"ISIS tidak ada hubungannya dengan kemenangan militer Taliban atas bekas pemerintah Afghanistan," kata Warrick. "Tapi ada perang propaganda yang sekarang sedang berlangsung di antara teroris dan ekstremis yang berusaha mengklaim kemenangan atas Amerika Serikat."
ISIS-K melakukan berbagai usaha menyaingi Taliban. Upaya ISIS-K telah menemui beberapa keberhasilan, tetapi Taliban telah berhasil membendung tantangan kelompok tersebut dengan melakukan serangan dan operasi terhadap personel dan posisi ISIS-K.
Bentrokan ini sering terjadi bersamaan dengan kekuatan udara dan operasi darat AS dan Afghanistan melawan ISIS-K, meskipun sejauh mana operasi ini dikoordinasikan masih belum jelas.
Yang jelas adalah bahwa sebagian besar kehilangan tenaga dan kepemimpinan ISIS-K adalah hasil dari operasi yang dipimpin AS dan Afghanistan, dan serangan udara Amerika pada khususnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto