Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melunak, China Ngajak Amerika Bina Pemerintahan Baru Taliban

Melunak, China Ngajak Amerika Bina Pemerintahan Baru Taliban Kredit Foto: AP Photo/Alexander Zemlanichenko
Warta Ekonomi, Beijing -

China mengajak Amerika Serikat (AS) dan dunia internasional menghormati pemerintahan Taliban. Selain itu, ikut membina penguasa baru di Afghanistan tersebut demi menciptakan stabilitas ekonomi dan politik di negeri tersebut.

Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam telepon dengan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Minggu (29/8). Washington, menurut Wang, harus bekerja dengan komunitas internasional untuk memberikan bantuan ekonomi dan kemanu­siaan ke Afghanistan.

Baca Juga: Taliban Segera Gandeng China, Umat Muslim Uighur di Afghanistan Ketar-Ketir

Selain itu, AS perlu membantu rezim baru menjalankan fungsi pemerin­tahan secara normal, menjaga stabilitas sosial, dan ekonomi.

“AS harus mengambil tin­dakan nyata untuk membantu Afghanistan memerangi terorisme dan menghentikan kekerasan. Daripada bermain standar ganda atau memerangi terorisme secara selektif,” cetus Wang.

Dia memperingatkan, penari­kan pasukan AS yang tergesa-gesa membuat terorisme bangkit kembali.

Meski China peduli dengan Taliban, Negeri Tirai Bambu itu belum secara resmi mengakui Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan. Namun demikian, bulan lalu, Wang Yi telah ber­temu pimpinan Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar Akhund.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price menerangkan, Blinken dan Wang berdiskusi ten­tang pertanggungjawaban Taliban untuk menjamin keamanan evakuasi di Afghanistan. China ber­janji bekerja dengan Washington untuk menjaga stabilitas di negara itu.

Evakuasi mulai memasuki akhir, 31 Agustus ini, namun proses itu menghadapi hambatan dari kelompok Negara Islam atau ISIS Khorasan (ISIS-K). Jaringan teroris ini melakukan serangan dengan target Bandara Hamid Karzai, Kabul. Sistem anti rudal AS, sempat mencegat lima roket yang diarahkan ke bandara tersebut.

Untuk diketahui, bandara itu merupakan salah satu jalur utama evakuasi keluar dari Afghanistan. Dan, misi evakuasi jadi lebih berbahaya dari sebelumnya, setelah serangan bom bunuh diri kembar ISIS-K yang menewaskan 72 warga sipil Afghanistan, 28 anggota Taliban dan 13 personel militer AS.

Seorang pejabat AS mengata­kan, laporan awal menunjukkan tidak adanya korban dari seranganroket terbaru. Berdasarkan lapo­ran media Afghanistan, roket itu dipasang di bagian belakang ken­daraan. Beberapa roket menghantam sejumlah tempat di Kabul.

Sejauh ini, AS dan sekutunya telah mengevakuasi sekitar 114.400 orang. Termasuk warga negara asing dan warga Afghanistan yang rentan. Proses evakuasi telah dimulai sehari sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus lalu.

Untuk diketahui, rezim Taliban pada 1996-2001 menjalankan pemerintahan berdasarkan hu­kum Islam, dengan hak politik dan kebebasan dasar yang di­batasi. Serta, pembatasan terhadap aktivitas perempuan.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, kelom­poknya akan mengumumkan kabinet penuh dalam beberapa hari mendatang. Mereka menja­min masalah akan mereda setelah pemerintahan baru berdiri dan berjalan.

Tapi dengan ekonomi yang hancur oleh perang selama beberapa dekade, Afghanistan dipaksa menghadapi kenyataan pahit. Bahwa bantuan dana asing senilai miliaran dolar AS akan terhenti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: