Kepala Perpustakaan Nasional Kenalkan Program Perpusnas di Forum Internasional
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI fokus untuk membina perpustakaan daerah di Indonesia. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan, hal ini dilakukan sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Pembinaan perpustakaan dilakukan salah satunya melalui transfer dana dekonsentrasi ke perpustakaan provinsi di Indonesia. Hal ini merupakan upaya agar hubungan pembinaan antara pemerintah pusat, Perpusnas, dan perpustakaan umum provinsi di provinsi berjalan dengan baik.
Baca Juga: Bangun Kegemaran Membaca sejak Dini, Perpusnas Gelar Lomba Bertutur
"Tentu saja kami fokus meningkatkan peran perpustakaan umum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat untuk melaksanakan pembinaan di daerahnya masing-masing," ungkapnya dalam Konferensi Kepala Perpustakaan Nasional Dunia (Conference of Directors of National Libraries/CDNL) yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (8/9/2021).
Dalam pertemuan tahunan tersebut, Syarif Bando mendapatkan kesempatan khusus mengenalkan Perpusnas di hadapan kepala perpustakaan nasional dari 37 negara. CDNL 2021 mengangkat tema "Ketidakpastian: Bagaimana Perpustakaan Nasional Menghadapi Risiko dan Menggunakan Kesempatan".
"Kami mengucapkan terima kasih atas kesempatannya untuk berbagi tentang konsep pengelolaan perpustakaan dan meraih peluang di tengah ketidakpastian," ujarnya.
Pada masa pandemi Covid-19, Perpusnas menggunakan pendekatan perpustakaan menjangkau masyarakat melalui perpustakaan digital. Beberapa apliksi digital telah disediakan untuk masyarakat, di antaranya iPusnas, Indonesia OneSearch, dan Khastara.
"Ini menjadi kelebihan kami di Perpusnas. Sebelum pandemi Covid-19, kami sudah memiliki aplikasi digital sehingga ketika peraturan pemerintah mewajibkan semua warganya untuk melakukan aktivitas di rumah, aplikasi digital ini bisa dimanfaatkan kapan dan di mana saja," jelasnya.
Ketua CDNL Lily Knibbeler menyatakan ketidakpastian, baik kecil maupun besar, akan selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia. Pandemi covid-19 yang dihadapi dunia pada dua tahun lalu, menjadi hal yang tidak terduga. Namun, menurut Lily, banyak krisis yang dihadapi perpustakaan nasional. Tidak hanya pandemi penyakit menular, krisis yang dihadapi di antaranya gempa bumi, banjir, kebakaran, dan lainnya.
"Jadi bagaimana kita sebagai kepala perpustakaan nasional, memimpin organisasi dalam ketidakpastian yang berkembang," jelasnya.
Kepala Perpustakaan Nasional Australia (NLA) Marie-Louise Ayres mengungkapkan, mengubah cara pandang mengenai risiko organisasi membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, institusi harus siap menghadapi hal yang tidak terduga. "Bagi Anda yang ingin mengubah cara pandang organisasi tentang risiko, itu butuh waktu. Ini bukan pekerjaan dalam hitungan bulan, tapi tahunan," ulasnya.
Dalam menghadapi risiko terhadap organisasi, khususnya pandemi Covid-19, NLA memanfaatkan layanan digitalnya. Marie-Louise mengaku perpustakaan lebih beruntung daripada museum karena tetap dapat melayani masyarakat, melalui layanan digital.
"Perpustakaan kita berada di sebuah kota kecil Canberra, di negara dan di benua yang besar. Jadi kita memastikan bahwa gedung perpustakaan tidak menjadi pusat dari layanan seperti yang kita lakukan 20 tahun terakhir. Saat ini kita membuat pengguna terlibat secara digital," ungkapnya.
Dalam hal kesiapan menghadapi bencana atau krisis, NLA sudah memiliki rencana bisnis lanjutan. Berangkat dari pengalaman dua bencana besar yang negaranya, pada tahun lalu, NLA menyelesaikan penulisan ulang dokumentasi, rencana, dan kerangka kerja yang lebih memperhitungkan tingkat ketidakpastian yang tinggi jika bencana terjadi lebih lama.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Inggris (NLB) Roly Keating menyatakan pihaknya memiliki delapan risiko strategis berdasarkan kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi. Seluruh risiko diberi skor mulai dari 1—25, di mana NLB berupaya menekan risiko tersebut ke nilai yang lebih rendah. Setiap bagian dari NLB memiliki peran dalam penanganan risiko.
"Tahun kemarin kami benar-benar diuji karena salah satu risiko yang muncul yaitu pandemi. Sistem manajemen risiko dan krisis, kami mampu menghadapi. Namun, dibutuhkan inovasi dan improvisasi yang besar," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: