Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Norwegia Targetkan 2026 Sepenuhnya Gunakan Kendaraan Listrik (EV))

Norwegia Targetkan 2026 Sepenuhnya Gunakan Kendaraan Listrik (EV)) Kredit Foto: Honda
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koordinator Riset Institute for Essential Service Reform (IESR) Pamela Simamora mengatakan, penggunaan kendaraan listrik (EV) secara global terus mengalami pertumbuhan. Per 9 September 2021, setidaknya sudah sebanyak 11 juta unit kendaraan listrik jenis mobil digunakan.

"Kalau kita kita zoom in lagi negara mana saja yang penetrasi EV paling signifikan, China kalau kita hitung jumlah EV-nya berdasarkan single negara. Eropa juga mengalami kenaikan," ujarnya pada Sesi II tentang Lanskap Transisi Energi Global dalam Transisi Energi Pelatihan Virtual Jurnalis 2021, Kamis (9/9/2021).

Baca Juga: DBS Group Research: Melihat Kesiapan Indonesia Terjun ke Sektor Kendaraan Listrik

Pamela membandingkan nilai penjualan EV dengan mobil konvensional di China sebesar 6 persen. Hal tersebut berbeda dengan Norwegia, penetrasi nilai penjualan EV mencapai 80 persen. Jumlah tersebut yang terbesar di Eropa. Meski secara unit lebih kecil dibandingkan dengan China, nilai penjualannya jauh lebih besar.

"Indonesia sayang sekali masih jauh dari dunia, EV di Indonesia masih kecil. Negara lain sudah merencanakan untuk menghentikan mobil konvensional yang masih menggunakan BBM. Norwegia paling cepat di atas 2025 semua kendaraan harus EV," katanya.

Beberapa hal yang menyebabkan penetrasi EV di Norwegia mengalami peningkatan adalah penyediaan infrastruktur charging dan pemilihan model. Namun, yang paling besar memengaruhinya adalah harga EV.

Pamela mengakui saat ini harga baterai masih tergolong mahal. Sebab, keseluruhan harga EV, sebanyak 40 persennya berasal dari baterai. Hal tersebut yang mengindikasikan bila harga baterai murah, harga mobil menjadi lebih murah.

"Kalau hari ini pajak per cell-nya 137 dolar per kWh, diharapkan diprediksikan tahun 2023 100 dolar per kWh. Artinya, tahun tersebut sudah bisa kompetisi dengan harga konvensional," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: