Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

China Mungkin Ketar-Ketir saat Tahu Jepang Kerahkan 100 Ribu Personel dan 120 Jet

China Mungkin Ketar-Ketir saat Tahu Jepang Kerahkan 100 Ribu Personel dan 120 Jet Kredit Foto: Asia Times

Jepang selama ini prihatin dengan meningkatnya aktivitas China di Laut China Timur. Awal tahun ini, kapal-kapal China juga dilaporkan memasuki wilayah perairan di Kepulauan Senkaku tersebut.

Menurut Buku Putih Kementerian Pertahanan Jepang, total 1.161 kapal patroli maritim China menghabiskan 333 hari di sekitar Kepulauan Senkaku pada 2020. Analis mengatakan, rekor tersebut kemungkinan akan dipecahkan sebelum akhir tahun ini.

Dilansir media Jepang, Nikkei, Juni lalu, kapal-kapal China ber­layar melalui zona berdekatan di sekitar pulau-pulau selama 112 hari berturut-turut. Mereka telah memasuki zona itu setiap hari sejak pertengahan Februari lalu, melampaui rekor sebelumnya, 111 hari berturut-turut dari April hingga Agustus 2020.

China juga menyusup ke laut teritorial Jepang empat hari pada April lalu dan lima hari pada Mei lalu. Dari Januari hingga Mei, China memasuki perairan selama total 20 hari. Hal ini menyebabkan sejumlah insiden kapal-kapal China mendekati kapal penangkap ikan Jepang.

Pada 29 Mei, empat kapal pen­jaga pantai China mendekati tiga kapal penangkap ikan Jepang, mendorong kapal patroli penjaga pantai Jepang untuk menga­mankan keselamatan mereka.

“Tahun ini istimewa bagi pemerintahan Xi Jinping, karena merupakan peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China,” kata Rumi Aoyama, ana­lis Asia Pasifik dari Universitas Waseda di Tokyo.

“Ini berfokus pada masalah kedaulatan untuk menunjukkan kekuatan di dalam negeri. Jadi bisa mengambil tindakan agresif di sekitar Senkaku untuk men­jaga Jepang tetap terkendali,” tegasnya.

“Penting bagi Jepang melakukan upaya memenangkan pemahaman untuk posisinya. Kolaborasi dengan AS dan Eropa akan bertindak sebagai pencegah. Kami juga membutuhkan meka­nisme untuk mencegah perkem­bangan tak terduga dengan membuat saluran (komunikasi) dengan China,” jelas Aoyama, dikutip Nikkei.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: