Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biaya Pemilu 2024 Tembus Rp150 Triliun, Pimpinan DPD RI Beri Komentar Menohok

Biaya Pemilu 2024 Tembus Rp150 Triliun, Pimpinan DPD RI Beri Komentar Menohok Kredit Foto: Akurat
Warta Ekonomi -

Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin mendorong pemerintah dan DPR RI meninjau kembali sistem pemilu langsung yang membutuhkan anggaran hingga ratusan triliun.

"Sangat penting bagi kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi prinsip musyawarah mufakat untuk meninjau kembali sistem pemilu yang boros dan cenderung menyebabkan kerentanan sosial seperti ini. Pemilu langsung sudah seperti industri dalam demokrasi kita," tutur Sultan B Najamudin di Jakarta pada Minggu (18/9/2021).

Sultan mengatakan, anggaran pemilu yang fantastis berisiko disalahgunakan. Anggaran itu semakin besar apabila ditambah dengan modal yang dimiliki partai politik dan calon presiden.

Baca Juga: Wacana Duet Anies-Sandi di Pilpres 2024: Insyaallah, Tawaran Terbaik bagi Bangsa Indonesia!

"Secara ekonomi mungkin bagus  karena akan ada banyak uang politik yang beredar di masyarakat, namun jika itu harus dibayar dengan rendahnya kualitas pemilu dan potensi konflik horizontal, maka pemilu justru hanya akan menjadi penyebab bagi kemunduran demokrasi itu sendiri," terang mantan wakil Gubernur Bengkulu ini.

Di sisi lain, bagi Indonesia yang notabene merupakan negara berkembang, angka ratusan triliun rupiah adalah terlalu mubazir jika hanya dijadikan modal pemilu yang sejatinya bisa disiasati secara lebih efisien dan efektif. "

Secara kelembagaan, DPD RI sangat menghormati mekanisme demokrasi yang demikian, namun jika kita sejenak membandingkan proses pemilu kita selama ini dengan kualitas demokrasi yang ditimbulkan setelahnya, maka tidak terlalu sulit bagi kita untuk berbesar hati untuk mengevaluasi sistem pemilu langsung yang ada," tambahnya.

Lebih lanjut, Sultan mengingatkan bahwa pemerintah perlu memperhatikan kondisi fiskal saat ini yang semakin banyak ditopang oleh utang luar negeri. Jika pemilu harus dibiayai dengan hutang, betapa naifnya bangsa ini.

"Dalam suasana bangsa yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemik Covid-19, sebaiknya anggaran difokuskan pada pembenahan sistem dan manajemen kesehatan dan pendidikan, serta upaya  pemulihan ekonomi nasional. Pesta Demokrasi tidak pantas dirayakan di tengah meningkatnya angka kemiskinan rakyat," tegas Sultan.

Biaya Pemilu ke depannya pasti akan semakin meningkat, ini jebakan demokrasi liberal yang harus dihindari. Sudah saatnya Bangsa Indonesia kembali ke mekanisme demokrasi Pancasila yang lebih berkualitas dan ekonomis.

"Oleh karena itu, kami menyarankan agar bangsa ini untuk melakukan restorasi demokrasi dengan memperbaharui sistem pemilu dan ketatanegaraan sejak dari hulunya, yang adalah konstitusi negara. Kita membutuhkan amandemen secara lebih menyeluruh, tidak sekedarnya saja," ujarnya.

Baca Juga: Ferdinand Komentari Peluang Sandiaga Uno Maju Pilpres, Telak Banget!

 

Seperti diketahui bahwa Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia Tandjung menyebut penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang digelar serentak tahun 2024 mendatang merupakan penyelenggaraan yang sangat mahal.

"Pemilu 2024 nanti adalah pemilu yang menurut saya sangat mahal ya. Saya sudah hitung-hitung sebetulnya dari pengajuan yang disampaikan KPU, Bawaslu, apakah itu dari sumber APBN maupun APBD ya itu tidak kurang sekitar Rp150 triliun, itu kita belum bicara keamanan dan seterusnya," kata Doli dalam paparannya dalam webinar bertajuk 'Memotret Persiapan Pemilu 2024: Tahapan, Strategi, dan Prediksi' yang digelar Indonesian Public Institute (IPI) secara daring, Kamis (2/9/2021). 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: