Perdebatan Asul-usul Covid-19 Memicu Konsumsi Satwa Liar di Asia Tenggara
Penyelundupan anak harimau di Thailand
Pada bulan Maret, pihak berwenang di Thailand melakukan tes DNA di Taman dan Peternakan Harimau Mukda dan menemukan dua anak harimau tidak lahir di penangkaran di sana.
Pengelola taman mengeklaim harimau dewasa di penangkaran telah melahirkan anaknya.
Namun, tes DNA membuktikan bahwa anak-anak harimau tersebut diselundupkan dari tempat lain.
"Ada sekitar 1.500 harimau di taman-taman ini. Sumber pendapatan mereka adalah jutaan turis China yang sekarang tidak berkunjung karena pandemi," kata Taweekan.
"Apakah harimau-harimau ini sekarang akan berakhir di tangan pedagang ilegal yang bisa membunuh dan menjualnya adalah masalah nyata, terutama ketika konsumen potensial sekarang melupakan kemungkinan hubungan antara pandemi dan produk satwa liar."
Larangan produk satwa liar
Sejak pandemi dimulai, baik China dan Vietnam telah memberlakukan larangan produk makanan yang berasal dari beberapa satwa liar darat sementara penggunaannya dalam obat-obatan dan ornamen tradisional diperbolehkan.
Awalnya, ketika diyakini secara luas bahwa Covid-19 kemungkinan besar berasal dari pasar hewan di Wuhan, survei di China menunjukkan bahwa mayoritas orang rela menyerahkan satwa liar sebagai makanan.
"Kemungkinan hubungan virus satwa liar itu hampir tidak dibicarakan sekarang karena masyarakat di China mengikuti anggapan pemerintah bahwa Covid tidak dimulai di China," kata Pei Su, direktur ActAsia, sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang bekerja pada keberlanjutan, dengan China sebagai salah satu negara fokusnya.
"Karena larangan tersebut, konsumsi satwa liar mungkin tidak melampaui tingkat pra-pandemi tetapi mengingat ukuran China dan terbatasnya jumlah petugas penegak hukum satwa liar, banyak wilayah di negara masih ada perdagangan satwa liar legal dan ilegal," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: