Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masya Allah Adem! Ini Kata-kata Pendiri KitaBisa Alfatih Timur: Dengan Sedekah, Allah Menjaga Kita

Masya Allah Adem! Ini Kata-kata Pendiri KitaBisa Alfatih Timur: Dengan Sedekah, Allah Menjaga Kita Kredit Foto: Instagram
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendiri Kitabisa, Alfatih Timur mengungkap filosofi social enterprise yang ia jalankan. Menurutnya, yang seharusnya berterima kasih adalah pemberi donor, bukan penerima donor. Karena, harta yang diberikan para pendonor, akan dibawa oleh penerima hingga akhirat.

Meski Alfatih pendiri dari platform Kitabisa, ia bisa saja memberikan delegasi kepada koleganya, namun ia justru sering mengikuti penyerahan penggalangan dana ke pedalaman. Alfatih berujar, ia senang dengan energi orang-orang baik.

"Enggak tahu, ya. Energi ya paling gua sukai adalah energi orang-orang yang berbuat baik," ujar Alfatih dalam kanal YouTube Kompas di video bertajuk "BEGINU S2 Eps15: Alfatih Timur, Kita Bisa, Kolektivisme dan Filosofi Berbagi".

Baca Juga: Kisah Founder Kitabisa Alfatih Timur: Anak Rantau yang Sukses Bangun Startup Berbasis Sosial

Itulah alasan di balik berdirinya Kitabisa pada  tahun 2013 silam. Alfatih ikut semangat melihat para aktivis yang melakukan penggalangan dana untuk meringankan beban orang lain.

"Kebahagiaannya itu setiap melihat ada penggalangan dana yang berhasil, terlaksana, terus jadi dampak," ujarnya.

Terlebih, Alfatih menuturkan bahwa orang Indonesia itu pada dasarnya senang berbagi dan guyub. Ia juga mengutip kata-kata Bung Hatta bahwa, "Sendi masyarakat kita itu kolektivisme."

"Saya yakin kalau udah berbagi, gotong royong bareng-bareng pasti kuat, apalagi untuk kemanusiaan," terangnya lagi.

Alfatih pun akhirnya membentuk PT untuk Kitabisa pada tahun 2015 karena ia disarankan membangun social enterprise harus berumur panjang. Salah satu mentor Alfatih dalam mengembangkan Kitabisa adalah pendiri Bukalapak, Achmad Zaky. Ia pun belajar dari nol mengenai startup, pendanaan dan lain sebagainya.

Meski demikian, Alfatih berujar bahwa KitaBisa sebenarnya tak perlu ada penggalangan dana jika lubang-lubang struktural sudah tertambal. Itulah salah satu upaya yang dilakukan Alfatih melalui layanan Saling Jaga di aplikasi KitaBisa. Konsep Saling Jaga mirip dengan uang kas. Sehingga jika ada yang sakit, member Saling Jaga akan saling urunan sama rata sesuai kebutuhan.

"Beberapa masyarakat kita kan percaya sedekah tolak bala. Secara spiritual dengan sedekah, Allah menjaga kita," tutur Alfatih.

Alfatih sendiri mengaku tak menyangka Kitabisa akan sebesar ini. Baginya, ini adalah amanah besar yang harus diemban olehnya dengan tim Kitabisa. Proses membangun Kitabisa pun tak langsung satu hari jadi. Alfatih mengibaratkan seperti membangun sebuah bangunan yang membutuhkan bata demi bata.

"Membangun kepercayaan itu 'kan tidak mudah. Tujuan kita menyambungkan orang baik, tetapi yang ada juga yang tidak baik," ujar Alfatih. "Karena itu bagaimana kita bisa mempertanggungjawabkan setiap campaign," lanjutnya lagi.

Karena itu, Kitabisa memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan selalu diperbaiki. Contohnya, orang-orang yang bergabung harus verifikasi identitas mulai dari KTP, selfie, kemudian jika sakit akan diminta dokumen medis, dan lain-lain.

Tak ketinggalan ada fitur 'Laporkan' sehingga jika ada laporan publik akan langsung diinvestigasi ke lapangan. Sama halnya jika ada penggalangan dana besar. Dana itu akan dijaga oleh Kitabisa dan dilaporkan secara transparan.

Dalam membangun startup, Alfatih berujar ada satu musuh utama startup yaitu membuat sesuatu yang orang-orang tidak mau, sehingga tugas startup hanya satu yaitu membuat sesuatu yang dibutuhkan orang. Selanjutnya adalah menjadi relevan. Yakni harus 'cocok' dengan kondisi zaman yang ada.

"Itu penting sekali karena banyak sekali produk-produk teknologi atau startup atau solusi-solusi IT yang dibuat tetapi tidak dibutuhkan," terang Alfatih.

Saat ini Alfatih telah menjadi seorang ayah. Ia pun semakin bersemangat untuk melakukan sesuatu karena sering membayangkan dunia seperti apa yang akan ditinggali anaknya kelak.

Semangat Alfatih memperjuangkan Kitabisa hingga hari ini, dan berharap bisa berumur panjang adalah karena banyaknya orang yang terbantu. Salah satunya pelukis yang menggalang dana untuk kelahiran anaknya yang harus menebus hingga Rp61 juta. Penggalangan dana itu pun berhasil, dan pelukis itu memberikan hadiah lukisan surreal sangat besar dan penuh makna ke kantor Kitabisa. Alfatih sendiri terharu dibuatnya karena pelukis itu berkata, "Saya belum pernah ditolong orang yang tidak saya kenal."

Selain kisah pelukis ini, Alfatih menuturkan banyak lagi kisah spiritual-spiritual yang tak hanya dirasakan penerima donor, tetapi juga para pemberi donor, bahkan Alfatih sendiri. Bahwasanya energi kebaikan akan terus mengalir dan menguatkan tanpa disadari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: