Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Koordinator Nol Sampah: Mikroplastik Galon Sekali Pakai Bahayakan Manusia dan Lingkungan

Warta Ekonomi, Jakarta -

Koordinator Nol Sampah, Wawan Some memastikan uraian (luruhan) mikroplastik dari galon sekali pakai tidak hanya membahayakan kesehatan mahluk hidup termasuk manusia, tapi juga bahaya bagi lingkungan.

Menurutnya, air dalam kemasan galon sekali pakai itu tidak bisa disimpan terlalu lama karena akan menyebabkan semakin banyaknya mikroplastik dari lapisan galon itu yang terlepas (luruh), yang bisa menyebabkan penyakit kanker bagi yang mengkonsumsinya.  

“Kalau kita minum air galon sekali pakai yang tersimpan dalam waktu berhari-hari maka semakin banyak mikroplastik dari lapisan galon yang lepas. Karena, dengan waktu yang lama itu akan ada juga pengaruh panas dan sebagainya yang akan membantu terlepasnya mikroplastik itu sehingga menjadi sangat berbahaya jika diminum,” katanya dalam acara webinar soal plastik dengan media yang diadakan secara online pada Selasa (5/10). 

Karenanya, dia mengatakan menyambut baik dengan penelitian mikroplastik dalam galon sekali pakai yang dilakukan Greenpeace bersama Universitas Indonesia baru-baru ini. Dia sepakat dengan penelitian yang dilakukan rekan kami dari Greenpeace bersama UI. Karena Zero Waste Indonesia dan Greenpeace selalu mengkampanyekan pembatasan plastik sekali pakai ini.

Hasil pengujian mikroskopis yang dilakukan Greenpeace dan laboratorium kimia anorganik Universitas Indonesia terhadap galon sekali pakai baru-baru ini memperlihatkan adanya kandungan mikroplastik dalam sampel. 

Dr. rer.nat., Agustino Zulys, M.Sc. dari Universitas Indonesia dalam acara jumpa pers baru-baru ini memaparkan sejumlah fakta. Hasil penelitian menunjukkan kandungan mikroplastik dalam sampel  galon sekali pakai ukuran 15 liter, ditemukan sebanyak 85 juta partikel per liter atau setara dengan berat 0,2 mg/liter. Sementara kandungan mikroplastik dalam galon sekali pakai ukuran 6 liter sebanyak 95 juta partikel/liter atau setara dengan berat 5 mg/liter.

Menurutnya, jenis mikroplastik yang ditemukan merupakan jenis plastik yang sama digunakan pada kemasan galon sekali pakai, yakni PET. Analisis karakterisasi terhadap mikroplastik yang terkandung dalam sampel menunjukkan bahwa mayoritas bentuk partikel mikroplastik adalah fragmen, dengan ukuran yang berkisar antara 2,44 hingga 63,65 ?m. 

Wawan selanjutnya mengutarakan dari penelitian yang dilakukan Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), sebanyak 80% ikan yang dikonsumsi di Indonesia itu sudah mengandung mikroplastik. Menurutnya, sampah plastik paling banyak yang ditemukan di sungai adalah kantung plastik dan popok. 

“Jadi, dampak plastik  ini akan sangat berbahaya bagi kita. Karenanya, kami sangat mendorong pembatasan pemakaian plastik sekali pakai di masyarakat,” tukasnya.

Sebenarnya, kata Wawan, sudah ada Permen LKH No. 75 tahun 2009 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Di sana diatur bagaimana industri mengelola sampah plastiknya sendiri.

“Ini seharusnya diperhatikan oleh semua industri yang harus bertanggung jawab mengelola sampah yang dihasilkan dari produk-produk kemasan plastik mereka,” ucapnya. Namun produsen air kemasan galon sekali pakai belum melaporkan peta jalan pengurangan sampah mereka ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Apalagi, kata Wawan, angka daur ulang plastik di Indonesia itu sangat rendah, baru di bawah 11% angkanya. “Ini yang sangat memprihatinkan sekali. Makanya kita perlu mengurangi pemakaian plastik-plastik sekali pakai tadi,” katanya. 

Di acara yang sama, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait dengan tegas mengatakan menolak semua bentuk kemasan plastik termasuk galon sekali pakai. 

“Karenanya, saya sekarang menggunakan stainless. Hal itu karena saya tidak bisa lagi memilah-milah produk plastik yang aman dan tidak, sehingga saya dengan menggunakan stainless menjadi aman.  Saya di rumah memasak air. Lebih aman dan percaya dan terkonfirmasi jika menggunakan air tanah,” katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: