Ini Langkah yang Diambil Paus Fransiskus Usai Skandal Pedofilia Gereja Katolik
Paus Fransiskus telah meluncurkan apa yang oleh sebagian orang digambarkan sebagai upaya reformasi Katolik yang paling ambisius selama 60 tahun.
Sebagaimana diwartakan BBC hingga Reuters, Fransiskus merilis inisiatif yang kemudian dikenal 'Untuk Gereja Sinode: Komuni, Partisipasi dan Misi'. Insiatif ini diluncurkan Fransiskus mulai Minggu (10/10/2021), atau tidak lama setelah terkuaknya skandal pedofilia di mana sekitar 216 ribu anak dilecehkan oleh ribuan anggota klerus Katolik di Prancis selama tujuh dekade terakhir.
Baca Juga: Korban 200 Ribu Lebih, Paus Fransiskus Malu atas Skandal Pelecehan Seksual Gereja Prancis
Inisiatif itu adalah kebijakan anyar Fransiskus yang melibatkan proses konsultasi dengan setiap paroki Katolik di seluruh dunia dan rencananya akan berlangsung selama dua tahun. Melalu konsultasi itu, Fransiskus akan mencoba membahas tentang masa depan Gereja Katolik yang dimulai di Vatikan akhir pekan ini.
Para pendukung melihat inisiatif tersebut sebagai 'pengubah dinamika kekuatan Gereja'. Mereka pun berharap bahwa inisiatif tersebut akan memberikan kesempatan suara yang lebih besar kepada umat Katolik awam, seperti perempuan dan orang-orang yang termarginalkan dari masyarakat.
Dengan begitu, inisiatif tersebut diharapkan akan membawa perubahan pada isu-isu penting, seperti penahbisan perempuan, imam yang menikah hingga hubungan sesama jenis.
"Ini mungkin bukan proses yang sempurna, tetapi Gereja lebih mungkin untuk memenuhi kebutuhan umat Allah dengan itu daripada tanpa itu (inisiatif konsultasi)," kata editorial di surat kabar National Catholic Reporter yang berbasis di AS sambil menyebut inisiatif sebagai kesempatan Gereja untuk lebih inklusif.
Namun, bagi yang mengkritik, mereka khawatir bahwa inisiatif Fransiskus tersebut bakal merusak asas-asas Gereja Katolik. Mereka juga mengatakan bahwa fokus pada reformasi dapat mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi Gereja, seperti korupsi dan berkurangnya tingkat kehadiran.
Bahkan para konservatif yang tidak setuju menyebut bahwa proses konsultasi yang disarankan Fransiskus sebagai hal yang 'buang-buang waktu'. Mereka juga menambahkan bahwa inisiatif akan melemahkan doktrin nasional dan mengikis struktur hierarki Gereja yang beranggotan 1,3 miliar orang.
Akan tetapi, dalam homili atau khotbahnya selama Misa di Basilika Santo Petrus, Fransiskus mengatakan umat Katolik harus memiliki pikiran terbuka tentang proses tersebut.
"Apakah kita siap untuk petualangan perjalanan ini? Atau apakah kita takut akan hal yang tidak diketahui, lebih memilih untuk berlindung dengan alasan yang biasa: 'Itu tidak berguna' atau 'Kami akan selalu melakukannya dengan cara ini'?" kata Fransiskus.
Terlepas pro dan kontra, proses konsultasi Fransiskus akan bekerja dalam tiga tahap.
Tahap pertama adalah 'fase mendengarkan'. Dalam tahapan ini, umat Katolik di paroki dan keuskupan di seluruh dunia akan mendiskusikan berbagai masalah.
Di antaranya seperti apakah Gereja cukup mendengarkan kaum muda, perempuan, minoritas, dan mereka yang terpinggirkan dari masyarakat.
Terkait itu, Fransiskus mengatakan penting untuk mendengar dari mereka yang sering berada di pinggiran kehidupan Gereja lokal.
Kemudian tahap kedua adalah 'fase kontinental'. Dalam tahap ini, para uskup diharapkan bisa berkumpul untuk membahas dan meresmikan temuan mereka. Lalu yang terakhir adalah 'fase universal' di mana para uskup akan bertemu selama sebulan di Vatikan pada Oktober 2023.
Dalam pertemuan itu, para uskup diharapkan mampu menyiapkan sebuah dokumen dan kemudian Fransiskus akan menulis sebuah Seruan Apostolik yang memberikan pandangan, saran dan mungkin instruksinya tentang berbagai masalah.
"Marilah kita tidak membuat hati kita kedap suara; janganlah kita tetap terkurung dalam kepastian kita. Marilah kita saling mendengarkan," tambah Fransiskus dalam Misa Minggu yang dihadiri oleh sekitar 3 ribu orang.
Kendati demikian, keputusan tentang masalah doktrinal pada akhirnya tetap berada di tangan paus meski dalam inisiatif itu, akan ada lebih banyak konsultasi dan upaya saling mendengarkan di antara berbagai bagian Gereja.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: