Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Blak-blakan Refly Harun Sebut PDIP Tak Demokratis, Nasib Bangsa Cuma di Tangan Megawati, Kan Kacau!

Blak-blakan Refly Harun Sebut PDIP Tak Demokratis, Nasib Bangsa Cuma di Tangan Megawati, Kan Kacau! Refly Harun | Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahli hukum tata Negara Refly Harun merasa bahwa PDIP tak demokratis. Dia menilai sangat tidak fair bila nasib bangsa ada di tangan Megawati Soekarnoputri.

Ada keanehan yang dirasakan lantaran PDIP melarang kadernya untuk menyampaikan aspirasi terkait calon presiden dan wakil presiden.

Baca Juga: Gawat! Ganjar Pranowo Berpotensi Dipecat Megawati

Seperti diketahui, sebelumnya Ketua DPD PDIP Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto menyebut kader PDIP yang memberi dukungan pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo bukan bagian dari banteng, melainkan celeng.

“Kenapa? Namanya aspirasi kan tidak perlu ditentang dan dibentung, apakah aspirasi tersebut kemudian jadi bahan pertimbangan Megawati? Ya terserah Megawati,” ujar Refly kepada GenPI.co, Kamis (14/10).

Yang lebih aneh lagi, menurut Refly, bangsa ini serasa hanya dikontrol oleh satu sosok saja yakni Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.

“Masa iya nasib bangsa ini hanya ditentukan oleh satu orang saja? Bayangkan? Hanya Megawati yang berhak menunjuk siapa yang berhak jadi calon presiden, kan kacau,” katanya.

Dirinya lantas mengkritisi mekanisme PDIP yang tidak demokratis. Padahal, menurutnya masyarakat Indonesia menginginkan calon pemimpin yang berasal dari mekanisme tersebut.

“Harusnya kan mekanisme partai ini lebih demokratis, tapi kan saya bukan kader PDIP. Walaupun begitu, saya sebagai rakyat Indonesia ingin mekanisme demokratis saat menentukan calon pemimpin,” katanya.

Diketahui sebelumnya Bambang Pacul menjelaskan bahwa PDIP adalah partai yang mengikuti satu arahan dari pimpinan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: