Apakah Ada Genetik Tertentu yang Kebal Covid-19? Ternyata Ahli...
Para ahli telah menyelidiki apakah karakteristik genetik tertentu dapat membuat seseorang kebal terhadap infeksi SARS-CoV-2. Proyek studi yang disebut Covid-19 Human Genetic Effort ini berusaha menggali pengaruh genetik terhadap kekebalan dan keparahan Covid-19.
Ini mirip dengan yang terjadi pada Stephen Crohn, pria yang dijuluki kebal terhadap AIDS. Pada akhir 1970-an setelah kekasihnya meninggal karena AIDS, Crohn secara sukarela menawarkan dirinya memiliki sel darah putih yang terpapar HIV. Namun yang mengejutkan, pria asal New York itu tak bisa terinfeksi virus HIV meski sudah menggunakan konsentrasi yang ribuan kali lebih kuat.
Setelah dilakukan berbagai studi, para peneliti akhirnya menyimpulkan bahwa Crohn memiliki satu mutasi genetik yang tampaknya membuat dia kebal akan virus HIV. Dan penemuan itu akhirnya mengarah pada pengembangan obat antivirus yang sekarang digunakan untuk mengobati kondisi tersebut.
Baca Juga: Menggelegar! Jadi Booster, Vaksin Hirup Tingkatkan Antibodi 300x Lipat, Kok Bisa?
Salah satu karakteristik paling mencolok dari SARS-CoV-2, virus corona baru yang bertanggung jawab atas pandemi global ini, adalah betapa tak terduganya pengaruhnya pada setiap individu. Memang, para peneliti telah mengembangkan gambaran yang cukup konsisten tentang siapa yang paling berisiko terkena keparahan Covid-19, namun ada banyak kasus tentang orang muda dan sehat yang menyerah pada Covid-19. Di sisi lain, banyak juga orang yang masih kebal saja dan tidak mengalami efek buruk apa pun dari Covid-19.
Beberapa peneliti menduga karakteristik genetik yang unik dapat menjelaskan mengapa beberapa orang tampaknya resisten terhadap Covid-19 meskipun terpapar virus secara signifikan. Tapi, mengidentifikasi orang dengan kekebalan genetik potensial terhadap Covid-19 itu sulit.
Baca Juga: Air Kencing Penderita Diabetes Rasanya Manis, Duh… Kata Siapa? Baca Ini!
Tidak etis untuk mengekspos seseorang ke virus untuk melihat apakah mereka akan terinfeksi atau tidak. Jadi para peneliti mengandalkan pelacakan individu yang kemungkinan besar terpapar, namun tidak mengalami tanda-tanda penyakit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto