Asosiasi Profesional Sudan Endus Laporan Serangan Balasan Oleh Pasukan Kudeta
Kelompok serikat pekerja Asosiasi Profesional Sudan mengatakan mereka memiliki "laporan serangan balasan oleh pasukan kudeta di tempat berkumpulnya pengunjuk rasa" di ibu kota Khartoum dan kota-kota lain, pada Selasa (26/10/2021) malam.
"(Pasukan militer) menggunakan peluru, dan upaya untuk menerobos barikade," kata laporan itu, dilansir Reuters, Rabu (27/10/2021).
Baca Juga: Panglima Militer Sudan Bilang Kudeta Dilakukan buat Menghindari Perang Sipil
Para pengunjuk rasa turun ke jalan pada Selasa untuk berdemonstrasi menentang pengambilalihan itu setelah sehari bentrokan mematikan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Hamdok pada Selasa, menyambut "pembebasannya dari tahanan" dan mengulangi seruan kepada militer Sudan untuk membebaskan semua pemimpin sipil yang ditahan, kata Departemen Luar Negeri.
Duta besar Sudan untuk 12 negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, China, dan Prancis, telah menolak pengambilalihan militer tersebut, kata sumber diplomatik pada Selasa.
Duta Besar untuk Belgia dan Uni Eropa, Jenewa dan badan-badan PBB, China, Afrika Selatan, Qatar, Kuwait, Turki, Swedia dan Kanada juga menandatangani pernyataan tersebut, yang mengatakan para utusan mendukung perlawanan rakyat terhadap kudeta.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang mencari berbagai alat ekonomi untuk menanggapi pengambilalihan militer dan telah melakukan kontak dekat dengan negara-negara Teluk, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan. Baca selengkapnya
Negara-negara Barat mengecam kudeta itu, menyerukan agar menteri-menteri Kabinet yang ditahan dibebaskan dan mengatakan mereka akan menghentikan bantuan vital jika militer tidak memulihkan pembagian kekuasaan dengan warga sipil. Misi Jerman untuk PBB mengatakan di Twitter bahwa mereka menangguhkan bantuan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dewan Keamanan PBB bertemu di Sudan tetapi tidak ada pernyataan segera, kata para diplomat. Sekjen PBB Antonio Guterres pada hari Selasa mengecam "epidemi kudeta" karena Sudan adalah yang terbaru dalam serangkaian pengambilalihan militer di Myanmar, Mali dan Guinea dan percobaan kudeta di beberapa negara lain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: