Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

NUSAKU, Carbon Trading dengan Teknologi Blockchain Solusi Indonesia Capai Zero Emission

NUSAKU, Carbon Trading dengan Teknologi Blockchain Solusi Indonesia Capai Zero Emission Kredit Foto: Kemen-LHK
Warta Ekonomi, Jakarta -

Program Kementerian LHK, Indonesia akan berpartisipasi dalam menurunkan konsentrasi Co2 di dunia sebanyak 29% sampai 40% pada 2030 nanti. Dari 29% itu, 17,2% akan disumbangkan dari sektor kehutanan. Untuk bisa mewujudkan komitmen menurunkan 17,2% itu, salah satu upaya Kementerian LHK adalah dengan menanam pohon. Karena makin banyak tutupan hutan, dipastikan Indonsia akan mampu menyerap Co2 yang ada di lapisan atmosfer dan dikonversi menjadi oksigen.

Demikian disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK, Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, MSc saat acara Talk Show program Bersama Nusaku, di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), pagi ini. Pembicara lainnya, Ketua Umum Yayasan Peduli Hutan Indonesia (YPHI) Transtoto Hadhadari dan Ketua Umum Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh), Yohanes Cianes Walean.

Baca Juga: Kemen-LHK Selenggarakan Festival Iklim 2021, Ajak Masyarakat Kawal Pengendalian Perubahan Iklim

Ditambahkannya, upaya Indonesia kepada dunia untuk bisa menurunkan konsentrasi Co2, sektor kehutananlah yang menjadi motor utama. "Jadi, penanaman pohon melalui program NUSAKU sangat relevan dengan program LHK," katanya, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (29/10).

Ketua Umum Yayasan Peduli Hutan Indonesia (YPHI) Transtoto Hadhadari mengurai soal perubahan iklim. "Climate Change atau perubahan iklim di dunia terjadi karena peningkatan pemakaian energi. Delapan puluh persen produksi Co2 di dunia karena energi. Nah, di Indonesia kasusnya aneh, Co2 banyak terjadi karena hutan kita berubah jadi lahan kosong. Itu masalah kita. Jadi, pekerjaan kita, bagaimana mengubah yang kosong tersebut menjadi hijau kembali," ujar mantan Kepala Pusat Informasi Departemen Kehutanan itu.

Dijelaskan Transtoto, dengan proses asimilasi, pohon menyerap Co2 yang lebih banyak. Indonesia sebagai negara tropis mempunyai kemampuan luar biasa untuk ini, sebagai oxygerator. "Kita harus bangga menjadi penghasil oksigen," pungkas mantan Direktur Utama Perum Perhutani ini.

Indonesia merupakan negara yang sangat beruntung karena memiliki wilayah hutan tropis yang sangat luas. Akan tetapi, sangat disayangkan, hutan di Indonesia terdegradasi akibat pembalakan liar, perambahan hutan, pengurangan kawasan hutan (deforestasi) untuk kepentingan pembangunan dan penggunaan lahan yang dilakukan dengan masif dan tidak didasarkan pada prinsip keberlanjutan. Hutan menjadi rusak dan tidak dapat lagi menyerap karbon dengan baik.

Padahal, pohon mempunyai fungsi yang sangat penting dalam upaya meredam kenaikan gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Seperti spons/busa, pohon menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsi pohon ini dijalankan dengan sangat masif oleh hutan.

Jumlah hutan yang makin menyusut ditambah dengan produksi emisi yang makin banyak makin membuat atmosfer bumi panas dan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Pemerintah Indonesia mengambil tindakan untuk menanggulangi kerusakan hutan ini dengan mengajak masyarakat Indonesia untuk turut serta menanam pohon.

Sebelumnya, Ketua Umum Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh), Yohanes Cianes Walean telah berbicara tentang prospek Carbon Trading, NUSAKU dengan menggunakan teknologi blockchain yang dapat menjadi alternatif solusi untuk mendukung Indonesia mencapai zero emission.

"Dengan cara ini, banyak project di dunia akan men-support gerakan menanam pohon menyerap emisi karbon yang dihasilkan oleh perusahaan penghasil karbon sehingga tercipta keseimbangan menjaga bumi menjadi rumah yang lebih ramah untuk manusia, hewan dan mejaga kelestarian lingkungan hidup. Untuk project ini, Koprabuh akan bekerja sama dengan PT Green Gold Artha Buana," kata Yohanes.

Menurutnya, Koprabuh sendiri telah berpengalaman menanam pohon sejak 2006 dan memiliki akses nasional seluruh Indonesia berupa lahan milik petani yang siap ditanam pohon. SDM Petani yang di Koprabuh sangat terlatih untuk melakukan penanaman pohon yang efisien dan tingkat kesuksesan dalam penanaman pohon adalah100% karena ada jaminan jika pohon tersebut mati akan diganti dengan bibit pohon yang baru.

"Koprabuh sudah terbukti berhasil memecahkan Rekor dunia, GUINESS WORLD RECORD pada tanggal 28 November 2016 sebagai penanam pohon paling banyak di dunia. Acara penanaman pohon tersebut dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: