Cetak Kupon dan Santap Angsa, Korut Berinovasi di Tengah Krisis Makanan dan Ekonomi
Korea Utara dipaksa untuk berinovasi untuk menangani kesengsaraan ekonomi dan kekurangan makanan karena penguncian wilayah. Dari mencetak kupon sebagai uang pengganti hingga membiakkan angsa hitam hias untuk dimakan.
Dengan berakhirnya panen, pengamat internasional mengatakan situasi pangan dan ekonomi Korea Utara berbahaya. Ada tanda-tanda bahwa negara itu meningkatkan perdagangan dan menerima pengiriman besar bantuan kemanusiaan melalui China.
Baca Juga: Turunnya Berat Badan Kim Jong-un Itu Hasil dari Pola Hidup yang Sehat?
Badan intelijen Korea Selatan mengatakan pada sidang parlemen tertutup pada Kamis (28/10/2021) bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengeluarkan perintah yang menyerukan agar setiap butir beras diamankan.
Menurut anggota parlemen itu, upaya habis-habisan Korea Utara ditujukan untuk pertanian.
Namun, badan mata-mata menilai bahwa panen ini mungkin lebih baik daripada tahun lalu karena cuaca yang lebih cerah. Mereka mengatakan Korea Utara mengambil langkah-langkah untuk membuka kembali perbatasannya dengan China dan Rusia dalam beberapa bulan mendatang.
Korea Utara telah lama menderita kerawanan pangan. Dengan pengamat mengatakan bahwa salah urus ekonomi diperburuk oleh sanksi internasional atas senjata nuklirnya, bencana alam, dan sekarang pandemi COVID-19, yang mendorong penguncian perbatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di sana.
Kim Jong Un telah mengakui situasi makanan yang "tegang" dan meminta maaf atas pengorbanan yang harus dilakukan warga untuk mencegah wabah virus corona.
Tetapi dia juga mengatakan ekonomi membaik tahun ini, dan Korea Utara membantah laporan dari penyelidik PBB bulan ini yang mengatakan ribuan orang yang paling rentan berisiko kelaparan.
Korea Utara belum secara resmi melaporkan satu pun kasus virus corona. Badan-badan PBB mengatakan Korea Utara baru-baru ini mulai mengizinkan pengiriman bantuan, dan angka yang dirilis oleh China menunjukkan peningkatan perdagangan yang lambat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: