Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Panas, PDIP Sindir Demokrat: Nggak Usah Panas... Santai Saja

Masih Panas, PDIP Sindir Demokrat: Nggak Usah Panas... Santai Saja Kredit Foto: Instagram Bima Arya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cara Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto yang membandingkan kepemimpinan Jokowi dengan Presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memantik reaksi. Salah satunya barisan elite Partai Demokrat (PD) yang tersulut membalas Hasto dengan sindiran.

Terkait itu, politikus PDIP Bima Arya meminta agar elite PD tidak usah lebay kemudian mencari simpati publik seolah-olah dicaci maki.

Baca Juga: Apresiasi Pembentukan Partai Baru, Demokrat Terang-terangan Sindir Moeldoko

"Yang penting nggak usah lebay. Jangan lebay kemudian memanfaatkan simpati publik seolah-olah Demokrat itu dikritiki terus dicaci maki," kata Bima Arya, melansir VIVA, Senin (1/11/2021).

Dia menjelaskan, dalam Demokrasi, PDIP membutuhkan PD sebagai mitra berdemokrasi. Menurutnya, PDIP yang mendapat mandat rakyat dengan kemenangan di legislatif dan eksekutif sebagai pengusung presiden tidaklah mudah.

"Menjawab persoalan bangsa dengan narasi working ideology pancasila yang lebih kontekstual saat ini bukan muda. Kita jaga Pancasila, kita jaga NKRI yang lebih smart, teknokratik yang lebih berkeadilan dengan pembangunan Indonesia sentris," jelas Bima.

Pun, ia menambahkan kepemimpinan Jokowi saat ini dengan mayoritas partai politik pendukung di DPR berupaya menterjemahkan politik anggaran yang berkeadilan. "Ini bukan yang mudah bahwa ada kritik-kritik dari kawan Demokrat itu sesuatu yang dinamis untuk perkembangan demokrasi ke depan," tutur Bima.

Lebih lanjut, ia menyampaikan jika maksud Sekjen PDIP Hasto mengundang mahasiswa untuk riset karena tujuannya mengkaji. Ia bilang kajian akademis lebih baik dibandingkan di sosial media atau sosmed.

"Serahkan universitas untuk mengkaji. Teman-teman Demokrat nggak usah panas kupingnya, santai saja," tuturnya. "Ini ada kajian akademis, daripada kajian sosmed yang itu hanya sekadar membuat suatu imajinasi yang kadang justru destruktif," kata Bima.

Perang PD Vs PDIP

Sebelumnya, elite PD seperti Ketua Bappilu DPP Demokrat, Andi Arief, membalas menyindir Hasto yang beberapa kali menyinggung Demokrat dan SBY. Hasto juga beberapa kali Hasto bandingkan Pemerintahan SBY dengan Jokowi.

Bagi Andi, Hasto merupakan sosok yang tidak memiliki sejarah dalam perjalanan Demokrasi di Tanah Air. Kata dia, Hasto baru bergabung saat PDIP meraih masa kejayaan, bukan bergabung di saat sulit.

"Hasto, manusia ahistoris dalam demokrasi, gabung PDIP di saat senang, bukan saat partai susah. Gagal ke DPR, tetiba jadi sekjen," kata Andi, dalam akun Twitternya, @Andiarief__ dikutip Sabtu 30 Oktober 2021.

Menurut Andi, Hasto ada di posisi saat ini karena pandai menjilat. Andi menekankan Demokrat tak akan hancur meski terus disindir Hasto. "Kelihaiannya menjilat dan menjadikan Partai Demokrat hilang. Tidak hancur meski terus dipacul, tidak bubar malah makin menyebar," ujar Andi.

Selain Andi, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani juga sempat membalas sindiran Hasto. Balasan Andi dan Kamhar diduga dipicu karena ucapan Hasto yang membandingkan kepemimpinan Jokowi dan SBY. Bahkan, era Pemerintahan SBY disebut hanya banyak rapat, tapi tidak ada eksekusi.

Kemudian, Hasto mengundang mahasiswa untuk melakukan riset kajian terkait perbandingan kepemimpinan antara Jokowi dengan SBY. Kata Hasto, mahasiswa peminat itu jumlahnya banyak dengan mencapai 53 orang.

Hasto menilai usul darinya ini sangat penting. Jika secara komprehensif ditarik, berbagai kajian terkait kualitas pemilu selama kepemimpinan seorang presiden sangat  penting untuk dikaji.

Kemudian, ia menyinggung dalam era demokrasi dengan kompetisi ketat seperti Pemilu Legislatif atau Pileg 2009. Ia bilang ada satu partai politik mencapai kenaikan perolehan suara hingga 300 persen. Partai itu adalah Demokrat yang menjadi juara Pileg 2009.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: