Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bantu Petani Optimalkan Budidaya Padi Gambut, BRGM Perkenalkan Sistem Tata Kelola Air Mikro

Warta Ekonomi, Jakarta -

Di awal adanya pandemi COVID-19, pemerintah Indonesia perkenalkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). PEN ini dijalankan untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. 

PEN ini juga diperkenalkan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dengan tujuan untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat, salah satunya di Desa Talio Hulu, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau.

Program revitalisasi gambut untuk ketahanan pangan dengan mengembangkan Budidaya Padi di Talio Hulu dikelola oleh 6 Kelompok Tani dengan lahan seluas 253,5 hektare. Sejauh ini, telah dilakukan panen  sebanyak 2 kali dengan hasil per petak sawah mencapai 6,6 ton. 

Menurut Hartono Kepala BRGM, hasil panen ini sudah sangat baik. Pasalnya, budidaya padi di lahan gambut berbeda dengan budidaya padi di tanah mineral. 

 "Budidaya padi gambut perlu pengelolaan dan perlakukan secara khusus serta memperhatikan unsur kehati-hatian agar tidak merusak gambut," ujar Hartono. 

Lebih lanjut, Hartono menjelaskan bahwa budidaya padi gambut juga perlu memperhatikan kemajuan teknologi. Untuk itu, BRGM bersama Universitas Gadjah Mada memperkenalkan Sistem Tata Kelola Air Mikro yang bisa mengelola air di lahan gambut. 

Sistem ini penting, ungkap Hartono, mengingat keberadaan air di lahan gambut, terutama di Talio Hulu sangat dipengaruhi oleh air hujan serta pasang surut air laut. 

 “Alhamdulillah kita memperkenalkan Tata Kelola Air Mikro, intinya bagaimana sawah-sawah yang sudah ada ini bisa diatur ketinggian airnya, sehingga budidaya padi itu bisa berjalan optimal,” ujarnya.

Hartono menambahkan, sebelum ada Tata Kelola Air Mikro, lahan pertanian gambut biasanya akan kebanjiran saat hujan deras dan kesulitan air ketika musim kemarau tiba. 

“Tata Kelola Air Mikro ini sangat membantu para petani. Namun karena ini pertama, saya kira teman-teman petani perlu membiasakan diri dengan sistem yang baru. Selain itu, hal ini juga tidak bisa dikerjakan orang per orang jadi harus kelompok, kekompakan dan kedisiplinan itulah yang menjadi kunci pengembangan pertanian di lahan gambut,” pungkas Hartono. 

Sistem Tata Kelola Air Mikro yang mulai diterapkan pada musim tanam padi sawah April-September (Asep) di Desa Talio Hulu, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah pun sudah menunjukan hasil yang luar biasa. 

“Dari data yang kita peroleh bervariasi, karena tiap kelompok masyarakat kondisi lahannya juga belum seragam, ada yang sampai 6,6 ton. Mungkin kalau masyarakat sudah semakin terbiasa dan input teknologi terus kita kembangkan, tidak menutup kemungkinan juga bisa melampaui dari 7 ton per hektare,” ungkap Kepala BRGM.

Selain meningkatkan hasil panen, Wagino, Koordinator Poktan Karya Abadi Talio Hulu menambahkan adanya Sistem Tata Kelola Air Mikro ini juga dapat mengurangi terjadinya banjir di lahan pertanian dan perumahan. 

“Jadi sistem ini sangat membantu, manfaatnya itu selain untuk kegiatan pertanian, lahan perumahan juga gak kebanjiran,” ujar Wagino kepada Kepala BRGM pada saat prosesi penebaran benih padi untuk musim tanam Oktober 2021 - Maret 2022 ini.

Musim Okmar ini, masyarakat berharap hasilnya dapat sesuai dengan target yang disampaikan kepala BRGM, yaitu 7 ton per hektare. 

Selain itu, adanya sistem pengelolaan air di lahan gambut yang baik ini juga bisa menjaga kelembaban gambut  serta mengurangi potensi terjadinya kebakaran di lahan gambut, terutama di Talio Hulu, Kalteng

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: