Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penting! Buat yang Mau Berkontestasi di 2024 Ini Cara Rebut Simpati Milienial

Penting! Buat yang Mau Berkontestasi di 2024 Ini Cara Rebut Simpati Milienial Kredit Foto: Unsplash/Priscilla
Warta Ekonomi, Jakarta -

Co-Founder Ruang Demokrasi Yudi Cahyana menilai generasi milenial akan berperan penting pada Pemilu 2024.

Yudi mengatakan, partai politik (parpol) kini berlomba-lomba mencari simpati generasi milenial di media sosial (medsos). Sebab, generasi milenial merupakan pemilih mayoritas di Pemilu 2024.

Yudi menuturkan, parpol sebagai pihak yang berkepentingan harus tahu karakteristik politik kaum milenial agar meraih simpatinya. Tanpa itu, mustahil parpol mendapat simpati kaum milenial.

"Partai-partai itu memang iya memanfaatkan medsos, tapi persoalannya itu adalah konten. Alatnya itu sudah canggih, tapi konten yang dimasukan itu masih konvensional," katanya dalam acara webinar bertajuk "Arah Politik Milenial di Pemilu 2024" yang diselenggarakan Ruang Demokrasi pada Minggu (19/12/2021). 

Baca Juga: Sering Masuk dalam Daftar Teratas Capres 2024, Pengamat Sebut Anies Baswedan Perlu Perhatikan...

Dia mengatakan, masih ada parpol yang mengisi konten media sosialnya dengan konten pencitraan tokoh yang tidak disukai milenial. Misalnya konten soal nasab tokoh parpolnya, atau konten soal garis keturunan tokoh parpolnya. 

"Medsosnya masih ngomongin soal misalnya nasab atau mereka dapat wangsit, wahyu keprabon, masih keturunan raja ini, ulama ini. Di mata milenial itu tidak menarik. Nah ini yang harus menjadi catatan partai politik bagaimana menarik perhatian mereka (milenial)," ujarnya. 

Dia menambahkan, begitu juga dengan partai yang mengklaim diri sebagai partai perwakilan generasi muda. Menurut dia, persoalan dasar partai politik saat ini adalah mereka masih mempertontonkan manuver-manuver politik yang pada intinya adalah memperlihatkan bagaimana merebut kekuasaan politik. 

"Sementara (bagi milenial) politik yang harus dipahami adalah bagaimana good ide of life, bagaimana semua kepentingan, cia-cita mereka tentang masa depan Indonesia, bisa hidup berdampingan dengan keberagaman agama, keyakinan, suku bisa tersosialisasi dengan baik. Selama ini milenial disuguhkan dengan isu skandal, isu money politik, suap, korupsi. Tapi mereka kurang diedukasi bagaimana sih politik itu harus mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ini yang berat. Itupun pendekatannya juga jangan jargon melulu," katanya.[]

Baca Juga: Nggak Nyangka Banget! Cuitan Fahri Hamzah Bongkar Agenda di Balik Presidential Threshold 20 Persen

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: