Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang memiliki ukuran relatif besar, tumbuh relatif cepat dan memiliki canopy cover mendekati 100 persen. Selain produk utama berupa minyak sawit, kelapa sawit juga memproduksi biomassa yang cukup besar.
“Dengan karakteristik kebun sawit yang demikian, secara teoritis akan mendukung tumbuh berkembangnya biodiversitas kecuali mamalia besar,” catat laporan PASPI.
Dalam laporan PASPI disebutkan, berdasarkan hasil studi dengan menggunakan indikator Species Richness Loss (SRL) per liter minyak yang dihasilkan sebagai ukuran biodiversity loss ditemukan bahwa, bahwa SRL minyak kedelai 284 persen di atas SRL minyak sawit; SRL minyak rapeseed 79 persen di atas SRL minyak sawit; dan SRL minyak biji bunga matahari 44 persen di atas SRL minyak sawit. Baca Juga: Berkat Sawit, Jutaan Masyarakat Pedesaan Keluar dari Garis Kemiskinan
“Artinya dengan SRL sebagai indikator biodiversity loss menunjukkan bahwa minyak sawit adalah minyak nabati yang paling rendah biodiversity loss-nya. Sementara, minyak nabati yang paling besar biodiversity loss-nya adalah minyak kedelai,” catat laporan PASPI.
Jika membandingkan SRL masing-masing negara produsen minyak nabati di dunia maka juga akan ditemukan hal menarik lainnya. Untuk produsen minyak sawit, SRL di Indonesia, Malaysia dan Thailand lebih rendah dibandingkan SRL minyak sawit di Nigeria.
Untuk minyak kedelai, SRL Brazil dan Argentina jauh lebih tinggi dibandingkan SRL minyak kedelai Amerika Serikat dan India. Sementara untuk minyak rapeseed, SRL yang paling rendah di Kanada dan Jerman, sedangkan SRL minyak rapeseed tertinggi di India dan Australia.
Untuk minyak biji bunga matahari, SRL terendah di Perancis dan Amerika Serikat. Kemudian disusul Rusia, Ukrania dan China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: