Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Agar Tidak Termakan Hoaks tentang Varian Omicron, Simak Hal Ini Baik-baik!

Agar Tidak Termakan Hoaks tentang Varian Omicron, Simak Hal Ini Baik-baik! Kredit Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Warta Ekonomi, Depok -

Mutasi virus adalah hal normal terjadi pada proses replikasi virus, dan tidak semua mutasi menyebabkan virus menjadi lebih berbahaya. Dari data yang ada, rata-rata hanya 4% mutasi yang membuat virus lebih berbahaya. Infeksi virus yang berbeda pada saat bersamaan juga berpotensi menyebabkan mutasi pada virus.

Virus tersebut membutuhkan inang untuk replikasi, sehingga tujuan vaksinasi untuk mencapai herd immunity yang memberi kekebalan inang, sangat penting. Hal ini disampaikan oleh ahli mikrobiologi dan pemerhati vaksin, Maksum Radji Guru Besar (purnabakti) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI).

Baca Juga: Update COVID 19: Cegah Omicron, Pemerintah Perketat Karantina

Ia menyampaikan pemaparan tersebut pada acara talkshow bertema “Virus Corona Varian Omicron: Apa dan Bagaimana Menghadapinya”, yang diselenggarakan oleh FF UI. Acara tersebut menghadirkan 3 narasumber ahli, yaitu Maksum Radji, Tri Kusumaeni, dan dr. Hario Baskoro, . Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui kanal Youtube FFUI, pada Sabtu (18/12).

Varian Omicron mengalami mutasi signifikan pada gen S pembentuk spike virus. Salah satu tanda awal pada pemeriksaan PCR bahwa seseorang terinfeksi varian omicron adalah hasil PCR pada gen S tidak menunjukkan hasil positif, namun gen nukleokapsid dan envelope positif. Prof. Maksum juga menjelaskan bahwa replikasi varian omicron pada saluran pernafasan 10x lebih cepat dari varian yang lain, namun di paru-paru replikasinya lebih lambat yang menyebabkan varian omicron lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan.

Terkait hal tersebut, dr. Hario menambahkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUI dan RSUP Persahabatan. Penyebaran varian Omicron tidak dapat langsung dihubungkan dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini varian Omicron hanya menimbulkan gejala ringan yang tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Sebagai dokter spesialis paru yang berpraktik di RSUI, dr. Hario juga menekankan bahwa masyarakat harus berhati-hati dalam mencerna informasi yang beredar di media sosial. Salah satu ciri khas info hoaks adalah tidak disertakannya sumber rujukan terpercaya dan judulnya dibuat bombastis. Ia membantah informasi varian Omicron menyebabkan gangguan pada jantung dan stroke karena tidak sesuai dengan bukti kasus yang ada.

Sementara itu, Tri yang berpraktik di RSUP Persahabatan juga membantah informasi bahwa varian Omicron muncul disebabkan efek samping vaksin Covid-19. “Tidak ada bukti terkait hal itu. Justru sebaliknya, dengan pemberian vaksin, keparahan Covid-19 menurun,” kata Tri. Hal ini juga diperkuat oleh Prof. Maksum yang mengatakan bahwa kasus pasien meninggal yang disebabkan varian Omicron di Inggris juga ternyata ditemukan yang bersangkutan tidak pernah menerima vaksin. Saat ini, tidak ada vaksin merk khusus yang ditujukan untuk menambah kekebalan menghadapi varian Omicron.

Hingga saat ini belum ada perubahan terkait pengobatan pasien Covid-19 di Indonesia walaupun ada berbagai varian virus corona. Obat antivirus baru yang diberitakan sebagai obat per oral untuk Covid-19 masih terus diteliti khasiat dan keamanannya. Belum ada klaim khusus yang menyatakan efektivitas obat tertentu pada varian Omicron. Pengobatan yang ada saat ini lebih banyak menekankan pada terapi simptomatis.

Semua pemaparan tersebut menekankan bahwa vaksinasi membantu meningkatkan kekebalan namun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan untuk mencegah penularan varian Omicron. Dengan melakukan vaksinasi berarti kita telah ikut melindungi kelompok masyarakat yang tidak bisa menerima vaksinasi seperti lansia atau bayi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: