Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Punya Sistem Kekebalan Lemah, Israel Suntikkan Vaksin Booster Dosis ke-4

Punya Sistem Kekebalan Lemah, Israel Suntikkan Vaksin Booster Dosis ke-4 Kredit Foto: Flash90/Tomer Neuberg
Warta Ekonomi, Tel Aviv -

Israel telah menyetujui dosis vaksin keempat untuk orang yang paling rentan terhadap Covid-19, kata seorang pejabat pada Kamis (30/12). Langkah ini menjadikan Israel sebagai salah satu negara pertama yang melakukannya karena bersiap menghadapi gelombang infeksi yang dipicu oleh varian Omicron.

Nachman Ash, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan, mengumumkan keputusan tersebut pada konferensi pers. Ia mengatakan dosis awalnya akan diberikan kepada mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.

“Kami akan terus melacak data setiap hari dan kami akan melihat apakah kami perlu memperluas rekomendasi ini ke lebih banyak populasi,” terangnya dilansir AP.

Pusat Medis Sheba kemudian mengatakan akan mulai memberikan dosis keempat kepada pasien transplantasi jantung pada Jumat pagi. Israel meluncurkan uji coba dosis keempat di pusat itu awal pekan ini, memberikannya kepada sekitar 150 personel medis yang mendapat booster pada Agustus.

Israel adalah salah satu negara pertama yang meluncurkan vaksin virus corona Pfizer setahun yang lalu dan mulai meluncurkan booster musim panas lalu. Akan tetapi negara ini masih melihat gelombang infeksi yang disalahkan pada varian Delta. Para pejabat telah memperingatkan yang lain didorong oleh Omicron yang menyebar cepat.

Sekitar dua pertiga dari populasi Israel yang berjumlah hampir 9,5 juta telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, dan sekitar 4,2 juta orang Israel telah menerima ketiga dosis tersebut, menurut angka Kementerian Kesehatan terbaru. “Israel akan memimpin dalam pemberian vaksin (dosis) keempat kepada rakyat Israel,” kata Perdana Menteri Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan.

“Strategi Israel untuk mengatasi Omicron jelas: Semakin besar gelombang, semakin besar perlindungan yang kita perlukan untuk mengatasinya,” imbuhnya.

Pada Kamis pagi, Israel menerima pengiriman pertama pil yang mengobati efek terburuk dari virus. Ini adalah salah satu negara pertama yang menerima Paxlovid buatan Pfizer, pil yang dapat diminum di rumah untuk menangkal gejala virus corona yang paling parah. Semua obat yang diizinkan sebelumnya memerlukan infus atau suntikan.

Media Israel melaporkan pengiriman pertama terdiri dari 20 ribu dosis, dengan lebih diharapkan karena Pfizer meningkatkan produksi. Israel saat ini memiliki lebih dari 22 ribu pasien aktif, termasuk lebih dari 90 yang sakit parah. Setidaknya 8.243 orang telah meninggal karena Covid-19 di Israel sejak awal pandemi.

Pekan lalu, Chile mengumumkan mereka akan mulai menawarkan dosis keempat pada Februari. Chile telah melaporkan hampir 86 persen dari populasinya divaksinasi penuh, menjadikannya negara dengan tingkat imunisasi tertinggi terhadap virus corona di Amerika Latin.

Salah satu skenario yang mungkin adalah dosis keempat tidak efektif untuk melindungi kelompok rentan terhadap Omicron, serupa dengan suntikan dosis ketiga saat varian Delta melanda. Kelemahan lain yang kemungkinan muncul dari dosis keempat justru dapat melemahkan respons kekebalan tubuh. Hal ini bisa membuat vaksin menjadi tidak berdaya melawan penyakit.

"Anda mungkin mendapatkan toleransi atau desensitisasi sel-sel sistem kekebalan semacam ini," kata Cohen.

Para ahli Israel mengatakan kekhawatiran tersebut tidak sebanding dengan potensi perlindungan yang dapat ditawarkan oleh vaksin dosis keempat. Data efektivitas suntikan keempat dapat memengaruhi keputusan negara-negara kaya lainnya untuk meluncurkan program serupa.

Penyebaran kasus Covid-19 yang terkait dengan varian Omicron di Israel dapat menjadi pijakan dalam memahami efektivitas vaksin untuk mencegah pandemi di masa depan. Termasuk kemungkinan dosis kelima atau lebih di masa mendatang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: