Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menag Yaqut: Revitalisasi Pendidikan Islam Multikultural Lewat Pendidikan Profesi Guru

Menag Yaqut: Revitalisasi Pendidikan Islam Multikultural Lewat Pendidikan Profesi Guru Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas, meyakini bahwa gagasan merevitalisasi pendidikan Islam multikultural harus dimulai dari PPG. Untuk itu, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) harus menggawangi moderasi beragama dalam rancang bangun kurikulum pendidikan Islam. 

"Ini sangat penting dan mendesak," katanya kepada wartawan usai meresmikan Gedung Pendidikan Profesi Guru, Rumah Tahsin dan Tahfidz Pembinaan Pegawai UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Selasa (11/01/2022).

Baca Juga: Menag Yaqut Belain Ferdinand Soal Cuitan ‘Allahmu Lemah’, Orang PKS Langsung Protes Keras

Dia menegaskan, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) memegang peranan penting, mendesiminasikan nilai-nilai agama yang damai, moderat, dan toleran di kalangan masyarakat. Pendidikan Islam di madrasah, pembelajaran PAI di sekolah, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (UIN, IAIN, STAIN, dan PTKIS), serta pondok pesantren berperan penting untuk melakukan Pendidikan Agama Islam yang multikultural.

Menag juga mengajak agar seluruh ASN Kementerian Agama pada UIN Bandung untuk menjadi role model (uswatun hasanah). Mengembangkan akhlakul karimah, pribadi yang unggul, berprestasi, dan mengedepankan aspek manfaat yang sebsar-besarnya (khairun naas anfauhum li naas).

"Harus ikut andil menciptakan suasana kehidupan kampus yang menumbuhkan budaya damai, toleran, dan menjunjung tinggi keterbukaan. Menjadi langkah yang tak kalah pentingnya, masjid menjadi pintu masuk terbaik," jelasnya.

Gus Yaqut, sapaan akrabnya, juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada keluarga besar UIN Gunung Djati Bandung, yang melaksanakan kegiatan Pembinaan ASN yang dirangkai dengan Peresmian Gedung PPG dan Rumah Tahsin dan Tahfidz. "Sebuah ikhtiar yang penting dan strategis di tengah mulai memudarnya nilai-nilai kebangsaan di sebagian kalangan kampus," tegasnya.

Menag menegaskan, idealnya pembangunan fisik harus diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia yang tidak saja sehat jasmani, tetapi juga sehat rohani. "Gedung Pendidikan Profesi Guru diharapkan dapat mencetak sumber daya guru yang berkarakter, unggul, dan terampil. Sementara, masjid menjadi wasilah penguatan nilai-nilai spiritualitas," ujarnya.

Menurutnya, kehadiran Gedung PPG, Rumah Tahsin dan Tahfidz bagi civitas akademika UIN Bandung menjadi sarana terbaik mendesiminasikan paham agama yang rahmatan lil 'alamin.

Selain itu, untuk membendung tumbuh suburnya sikap-sikap ekstrem, diperlukan penguatan nilai-nilai multikulturalisme melalui PTKIN. Salah satunya dengan melakukan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila dan ke-Indonesia-an melalui kampanye nasional dan penguatan kurikulum pendidikan Islam.

"Di sinilah peran dari PPG sebagai kawah candradimuka para guru hasil didikan PTKI," tegasnya.

Adapun Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI,  Muhammad Ramdhani, mengajak pegawai ASN untuk mengemban misi besar kampus Islam sehingga keberadaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi duta untuk menghargai keragaman dan perbedaan.

Dalam konteks keislaman dan keindonesiaan, keluarga besar Kementerian Agama RI telah menetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Agama sebagai bagian dari implementasi RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun 2020-2024 bahwa Moderasi Beragama merupakan komitmen yang akan terus dikawal bersama.

Dia menilai, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yang senantiasa melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

"Saya yakin dengan adanya Pendidikan Profesi Guru, Rumah Tahsin dan Tahfidz dapat mengembangkan moderasi beragama di UIN Sunan Gunung Djati Bandung setelah selesai aspek domestik," katanya.

"Selama ini, yang kami kembangkan tidak ada sekat-sekat antara senior-junior. Semuanya bisa duduk dan belajar bersama tentang publikasi ilmiah, peningkatan jurnal melalui kelas menulis Fakultas Ushuluddin. Bahkan, untuk percepatan guru besar, kami banyak belajar dari dosen muda, termasuk ketika kampus lain seperti UIN Mataram, Palembang ingin belajar sama-sama belajar meningkatkan publikasi, kami kirimkan dosen muda yang produktif menulis untuk berbagai pengalaman dalam bidang menulis, publikasi pada jurnal," sambungnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: