Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Edward Tirtanata saat Gagal Berbisnis Sebelum Sukses dengan Kopi Kenangan

Cerita Edward Tirtanata saat Gagal Berbisnis Sebelum Sukses dengan Kopi Kenangan Kredit Foto: Twitter/blogwallet

Edward mengakui keputusannya membuat kedai teh di saat kedai kopi menjamur justru membuatnya terlihat 'ironis'. Harga teh yang dijual Edward pun sama seperti harga kopi di kedai-kedai mahal yakni sekitar Rp35 ribu hingga Rp45 ribu. Namun kemudian, Edward sadar bahwa target pasarnya terlalu kecil yakni untuk menengah ke atas.

Dari situlah Edward kemudian membuat Kopi Kenangan. Ia melihat harga kopi yang mahal membuat banyak orang jadi 'boros' dengan membeli kopi. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, kopi adalah kebutuhan. Oleh karena itu, Edward ingin menciptakan kopi yang ramah di kantong tetapi kualitas juga baik.

Edward pun berujar bahwa ia bukanlah ahli di bidang kopi atau teh, namun ia merasa dalam berbisnis itu yang penting adalah bisa segala hal, dan pandai menguasai uang. 

"Kita harus menguasai apapun yang kita lakukan. Kita bisa bekerja sama atau merekrut orang yang lebih pintar dari kita dalam bidang tertentu," ujar Edward.

Dari berbagai perjalanan yang menghasilkan banyak pembelajaran, kini Edward memiliki bisnis kedai teh dan kedai kopi, Lewis & Caroll serta Kopi Kenangan. Edward belajar banyak cara berbisnis, cara mendapatkan pelanggan hingga memastikan bahwa pelanggan menyukai produk kita.

"Itu semua tuh saya dapatkan dari pengalaman dan juga membaca, atau menonton beberapa dokumenter lah, ya," terang Edward.

Edward pun selalu menekankan 'Day 1 Mentality' sehingga terus bergerak untuk mendisrupsi dirinya sendiri. Oleh karena itu Kopi Kenangan memakai mesin kopi yang mahal karena pembelian mesin kopi masuk ke CapEx sehingga tidak memengaruhi EBITDA. Dari situlah Edward berani memasang harga murah pada produknya karena ia bermain pada volume penjualan.

"Dalam bisnis apa pun, kita harus memilih salah satu, bukan? Pilih margin tinggi, volume rendah; atau volume tinggi, margin rendah. Dan waktu itu Kopi Kenangan kita ngeliat seperti itu," tandas Edward.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: