Cerita di Balik Kerusuhan Kazakhstan: Harga BBM hingga Pertarungan Kekuasaan Anasir Asing
Awalnya sebagian besar yang berdemonstrasi turun ke jalan sebagai solidaritas kepada Zhanaozen.
Dua kelompok kemudian muncul. Satu menyuarakan tuntutan oposisi pimpinan tokoh-tokoh seperti Mukhtar Ablyazov yang berada di pengasingan di luar negeri. Kedua, kelompok muda yang tergabung dalam gerakan sipil Oyan, Qazaqstan!
Baca Juga: Mencekam, Suasana Kota Terbesar di Kazakhstan Seperti dalam Film-film Kiamat
Kedua kelompok ini tak sekedar menuntut harga LPG diturunkan karena juga menuntut reformasi politik dan pembebasan tahanan politik.
Tetapi secara umum protes massa dipicu oleh kondisi sosial-ekonomi yang sulit, pandemi dan kebebasan berpendapat yang diberangus.
Sampai 4 Januari, demonstrasi berlangsung damai, namun keesokan harinya ketika kelompok muda yang umumnya dari kaum terpinggirkan di pedesaan, kondisi berubah panas sampai menimbulkan kekerasan yang kemudian menewaskan sejumlah petugas keamanan.
Minta Bantu Blok Rusia
Kekerasan itu mendorong Presiden Kassym-Jomart Tokayev menyebut demonstran "teroris dan bandit", padahal apa yang dilakukan gerombolan anak muda ini persis seperti dilakukan kaum muda lainnya di dunia ini termasuk kaum muda Amerika Serikat yang ramai menuntut kesetaraan ras tahun lalu.
Tapi di mana-mana kaum muda selalu menjadi kelompok yang paling berani berkonfrontasi sekalipun menghadapi peluru tajam.
Di luar kelompok-kelompok itu ada kelompok yang terdiri dari para kriminal dan kaum radikal yang memanfaatkan situasi ini untuk merusak citra aman Kazakhstan.
Zhovti yakin dua massa terakhir ini yang memicu kerusuhan sekalipun membawa agenda masing-masing. Mereka menyerang polisi dan mencuri senjata. Kelompok kriminal sendiri disebut-sebut sengaja ditanam dalam gerakan demonstrasi oleh elite penguasa negara itu sendiri.
Menghadapi situasi yang sepertinya bakal tak terkendali, Presiden Tokayev lalu meminta bantuan organisasi regional negara-negara bekas Uni Soviet, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).
Dia mengundang CSTO yang beranggotakan Rusia, Armenia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan agar mengirimkan pasukan ke Kazakhstan guna memulihkan ketertiban. Tak lama kemudian, kontingen tentara Rusia berdatangan ke Kazakhstan.
Langkah ini langsung dikecam Barat, apalagi terjadi bersamaan dengan rencana pembicaraan krisis Ukraina antara Rusia dan AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: