Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Simak Kisah CEO Indodax, Bawa Tren Aset Digital ke Indonesia

Simak Kisah CEO Indodax, Bawa Tren Aset Digital ke Indonesia Kredit Foto: Indodax
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tren cryptocurrency di Indonesia kian menggeliat belakangan ini. Kehadiran platform jual beli (marketplace) aset kripto makin ramai menghiasi ekosistem aset digital Tanah Air. Terlebih, aset kripto diprediksi akan mengalami performa yang baik ke depannya.

Prediksi tersebut diungkapkan oleh CEO Indodax, Oscar Darmawan. Ia meyakini aset kripto dan beberapa ekosistem blockchain akan makin digemari pada 2022. Perusahaannya sendiri mencatat pertumbuhan yang melesat signifikan pada 2021, yakni sekitar 700% secara tahunan (year-on-year/yoy). Menimbang pertumbuhan tersebut, Oscar optimis Indodax akan mengalami peningkatan member hingga 35% sehingga dapat mencapai total 6,5 juta member pada tahun ini.

Baca Juga: Aset Kripto Makin Booming, Indodax Bidik 6,5 Juta Member di 2022

Pencapaian tersebut diperoleh setelah lebih dari delapan tahun sejak pertama kali perusahaannya berdiri. Lahir di era ketika aset digital masih belum dikenal di Indonesia, Indodax memiliki perjalanan panjang untuk bisa menjadi salah satu perusahaan besar berbasis teknologi untuk jual beli aset digital di indonesia seperti saat ini. Guna mengetahui kisah perjalanan bisnis Indodax, tim redaksi Warta Ekonomi melakukan wawancara eksklusif dengan CEO Indodax, Oscar Darmawan.

Saat pertama kali mendirikan bisnis ini pada 2013, dengan nama Bitcoin.co.id, cryptocurrency masih belum awam di Indonesia. Apa yang membuat Anda memutuskan untuk menjalankan bisnis di bidang ini?

Sebelum tahun 2013, kebetulan saya lulus S1 di jurusan IT di Monash University dan bekerja di sebuah perusahaan teknologi di Singapura sebelum akhirnya saya kembali ke Indonesia. Jadi, saya memang sudah sangat lekat dengan teknologi.

Sebenarnya, yang tahu lebih dulu soal Bitcoin adalah rekan saya yang sekarang menjadi CTO Indodax, yaitu Pak William Sutanto. Dulu Pak William sudah memiliki portal berita yang membahas soal Bitcoin, yaitu Bitcoin.co.id (sebelum kemudian diubah menjadi portal Jual Beli Bitcoin).

Setelah saya dikenalkan, lalu saya banyak baca soal Bitcoin dan ternyata Bitcoin pernah menjadi penolong saat krisis di negara Cyprus. Akhirnya, saya jadi sangat tertarik dengan teknologi Bitcoin. Saya melihat bahwa Bitcoin adalah tipe komoditas yang bersifat bebas di mana harganya ditentukan oleh pasar, bukan pemerintah.

Saya menyukai tipe komoditas yang seperti itu. Jadi, kenapa enggak saya coba untuk menjalankan bisnis di bidang ini. Terlebih, saat itu belum ada perusahaan lokal yang ada di industri ini. Menjadi pionir adalah hal yang membanggakan dan juga memiliki tantangan tersendiri.

Harga Bitcoin sempat jatuh, bahkan disebut hampir mati secara global, saat awal Anda menjalankan bisnis Anda. Bagaimana cara Anda melalui krisis tersebut?

Saya pribadi tipe orang yang optimis. Jadi, setelah saya mempelajari perihal teknologi Bitcoin saat itu, saya yakin dan optimis pada fundamental serta cara kerja dari Bitcoin. Kami melihat bahwa di masa depan teknologi akan sangat berkembang pesat dan Bitcoin bisa digunakan untuk membantu perekonomian negara.

Pada akhirnya, kami mengubah bentuk usaha kami yang tadinya berupa Bitcoin changer menjadi Bitcoin exchange. Karena kami berpikir apabila bergantung pada sistem changer sebagai pematok harga akan susah mengembangkan pasar sehingga belum tentu bisa diminati oleh banyak masyarakat Indonesia. Saat itu agar bisnis ini lancar, saya terus-menerus menggaungkan dan mengedukasi perihal Bitcoin dan syukurnya kenaikan member Bitcoin.co.id saat itu pun cukup signifikan.

Bersamaan dengan proyek BitIslands pada 2014, Anda memutuskan untuk memindahkan kantor ke Bali. Seberapa besar pengaruh keputusan ini terhadap perkembangan bisnis Anda?

Tentu sangat berpengaruh. Saat itu perkembangan aset digital di luar negeri sudah cukup masif dan terlihat. Namun, ketika saya melihat di dalam negeri belum ada pergerakan apapun. Maka, kami pun menginisiasi proyek Bit Island yang bertujuan untuk mendukung pariwisata Indonesia dan juga mengedukasi masyarakat terkait kripto.

Kenapa memilih Bali? Karena Bali sudah sangat terkenal di kalangan foreigner, jadi kami undang para pengguna Bitcoin dari seluruh dunia untuk datang ke Bali. Sejak saat itu, kami memiliki terobosan-terobosan sehingga akhirnya orang awam pun banyak yang join untuk investasi di Bitcoin.

Anda memutuskan mengganti nama perusahaan menjadi Indodax guna membuat perusahaan berada di posisi netral terhadap aset digital. Apa saja yang menjadi pertimbangan perusahaan atas daftar aset digital yang tersedia di platform Indodax?

Aset kripto yang diperjualbelikan di Indodax adalah aset kripto yang masuk dalam daftar BAPPEBTI dan juga aset kripto yang masuk Top 500 market cap tertinggi berdasarkan coinmarketcap.com.

Menurut Anda, apa yang menjadi keunggulan Indodax dibanding platform aset digital lainnya?

Keunggulan Indodax itu ada di support. Dengan track record kami yang sudah berjalan selama lebih dari tujuh tahun di Indonesia dan memiliki dua counter offline di pusat bisnis Sudirman, DKI Jakarta dan Sunset Road di Bali, kami selalu berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang jauh lebih baik agar para member selalu percaya pada kami.

Tidak hanya itu, yang membedakan Indodax dengan platform lain, kami bekerja sama dengan perusahaan BUMN, yaitu PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) untuk penyimpanan uang rupiah. Jadi, uang para member tidak langsung dipegang oleh Indodax, tetapi dititipkan terlebih dahulu di KBI yang notabenenya adalah perusahaan milik negara.

Dengan sistem ini, kami berharap bisa memberikan trust level yang tinggi kepada investor. Platform lain uangnya masih disimpan sendiri sehingga risikonya pun berada di satu tempat, sedangkan Indodax sudah menjalankan sistem pemisahan di mana dana nasabah disimpan di KBI yang notabene perusahaan BUMN, jadi jauh lebih aman.

Bagaimana cara Anda mempertahankan pasar Indodax di tengah persaingan dengan platform aset digital lainnya?

Indodax selalu berfokus pada sistem pelayanan kami dibanding terus melihat apa yang kompetitor sedang lakukan. Prinsip Indodax cuma satu, kepercayaan member. Jika kita memberikan yang terbaik kepada member, mereka akan tetap percaya ke kita. Terlebih dengan potensi jutaan masyarakat Indonesia di usia produktif, pasarnya masih terbuka sehingga saya rasa kami masih bisa berkompetisi secara sehat.

Meskipun aset digital sudah mulai mainstream belakangan, tak bisa dimungkiri masih banyak orang yang belum memahami konsep ini. Apa yang ingin Anda sampaikan agar orang-orang dapat memahami konsep cryptocurrency dengan lebih mudah?

Indodax selalu berusaha mengedukasi masyarakat untuk mengenalkan produk baru seperti aset kripto ini. Masyarakat bisa mengunjungi kanal edukasi gratis dari kami, yaitu Indodax Academy yang ada di Youtube, podcast Spotify, dan juga artikel website kami. Apabila para member sudah sering belajar, tetapi masih cukup ragu-ragu akan membeli aset kripto yang mana, member bisa membeli Bitcoin dan Ethereum karena dua kripto tersebut memiliki market cap terbesar dan teknologinya yang jauh lebih mature daripada kripto lainnya.

Dalam pernyataan Anda sebelumnya, Anda optimistis performa aset kripto akan lebih baik ke depan. Apa harapan Anda terhadap aset kripto di Indonesia?

Saya berharap di tahun 2022, masyarakat Indonesia makin melek lagi terhadap investasi kripto dan teknologi blockchain. Untuk itu, Indodax tak henti-hentinya selalu memberikan edukasi terkait kripto dan blockchain di kanal online kami. Saya yakin dengan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia yang mencapai puluhan juta jiwa tentu akan menjadi potensi besar berkembangnya jumlah investor kripto di Indonesia dan juga tren investasi aset kripto di tahun-tahun mendatang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: