Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Data Terbaru! BTC Catat Kesulitan Tertinggi Sepanjang Masa

Data Terbaru! BTC Catat Kesulitan Tertinggi Sepanjang Masa Kredit Foto: Unsplash/Aleksi Raisa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jaringan Bitcoin (BTC) telah mencatat kesulitan penambangan tinggi sepanjang masa baru sebesar 26,643 triliun dengan tingkat hash rata-rata 190,71 exahash per detik (EH / s) – menandakan dukungan masyarakat yang kuat meskipun pasar bearish sedang berlangsung.

Kesulitan jaringan Bitcoin ditentukan oleh kekuatan komputasi keseluruhan, yang berhubungan dengan kesulitan dalam mengkonfirmasi transaksi dan menambang BTC. Sebagaimana dibuktikan oleh data blockchain.com, kesulitan jaringan terlihat dari kejatuhannya antara Mei dan Juli 2021 karena berbagai alasan termasuk larangan menyeluruh terhadap penambangan kripto dari China.

Baca Juga: SEC Tolak Aplikasi Skybridge untuk Spot Bitcoin ETF, Cegah Penipuan dan Manipulatif

Namun, ketika para penambang yang terlantar melanjutkan operasi dari negara lain, kesulitan jaringan melihat pemulihan drastis sejak Agustus 2021. Akibatnya, pada hari Sabtu lalu, jaringan BTC mencatat kesulitan tertinggi sepanjang masa sebesar 26,643 triliun.

Data dari BTC.com memperkirakan bahwa jaringan akan terus tumbuh lebih kuat dengan mencapai titik tertinggi sepanjang masa dalam 12 hari ke depan, dengan kesulitan jaringan 26,70 triliun.

Dalam empat hari terakhir, F2Pool telah menjadi kontributor tertinggi untuk tingkat hash dengan menambang 88 blok BTC, diikuti oleh Poolin di 76 blok. Pada kemarin, biaya rata-rata per transaksi kira-kira 1,58 dolar, nilai yang secara historis memuncak pada 62,78 dolar pada bulan April 2021.

Terlepas dari tekanan federal untuk kebijakan moneter yang lebih ketat di sekitar cryptocurrency, ahli strategi komoditas Bloomberg, Mike McGlone menunjukkan bahwa BTC memiliki peluang berjuang untuk keluar di atas karena investor mengakui nilainya sebagai aset cadangan digital.

Seperti yang dilansir dari Cointelegraph, McGlone percaya Bitcoin berada dalam posisi unik untuk mengungguli dalam lingkungan di mana pengurangan stimulus biasanya dianggap negatif untuk aset berisiko.

"Kripto adalah puncak di antara yang berisiko dan spekulatif. Jika aset berisiko menurun, itu membantu pertarungan inflasi The Fed. Menjadi aset cadangan global, Bitcoin mungkin menjadi penerima manfaat utama dalam skenario itu."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: