Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peran Vital Metode Pembelajaran STEAM dalam Hadapi Industri 4.0

Peran Vital Metode Pembelajaran STEAM dalam Hadapi Industri 4.0 toddlers inside room. | Kredit Foto: Unsplash/Avel Chuklanov

Senada dengan itu, Dr. Mustafa Guvercin, School Director Sampoerna Academy mengatakan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu yang baru tidak bisa digantikan oleh mesin pintar. Kompetensi ini hanya dimiliki oleh manusia dan untuk membentuk SDM berkarakter seperti ini dibutuhkan metode pendidikan khusus.

“Nalar dalam berpikir kritis dilatih dalam materi-materi tentang sains, teknologi, rekayasa teknik, seni dan matematika. Cabang-cabang ilmu ini yang mendorong seseorang untuk memiliki pola pikir solutif dan inovatif,” ungkapnya.

STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematics) bukanlah metode baru namun hanya sedikit lembaga pendidikan di seluruh dunia yang menerapkan konsep ini dalam kurikulum belajarnya. 

Sampoerna Academy adalah pelopor pendidikan STEAM di Indonesia yang sampai saat ini memiliki cabang di berbagai kota di Indonesia.

“Kami melihat bahwa para orang tua ternyata sudah mulai menyadari betapa pentingnya menyiapkan anak-anak mereka di masa depan dalam menghadapi Industri 4.0. Bahkan besar kemungkinan anak-anak ini akan hidup di era Industri 5.0 yang nantinya akan banyak digantikan oleh mesin dan robot. Dengan konsep STEAM, kami berkeyakinan bahwa mereka akan menjadi SDM unggulan di masa depan karena kemampuan berpikir dan berinovasinya,” jelas Mustafa. 

Baca Juga: Pendidikan Nonformal Masih Minim Perhatian Pemerintah

Membentuk sumber daya yang high qualified mutlak dibutuhkan karena di masa depan, para pencari kerja tidak saja bersaing dengan manusia tapi juga dengan mesin dan komputer. 

Pekerjaan seperti merancang strategi, memahami psikologi konsumen, membaca tren pasar tentu tidak bisa diserahkan dengan algoritma robot. Dibutuhkan sentuhan dan pikiran orisinal dari manusia.

“Kami mendorong siswa untuk berpikir kritis  sehingga mereka mampu melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain sejak dini. Memandang masalah bukan dari apa yang tampak saja, tapi juga dari apa yang tidak tampak. Kompetensi seperti ini sangat dibutuhkan di era industri berbasis teknologi,” jelasnya. 

Ia menambahkan bahwa rasionalitas tidak bisa digantikan oleh mesin pintar. Manusia tetap lebih unggul di sisi ini. 

“Namun, rasionalitas harus dilatih dan dikembangkan. Pendidikan berbasis STEAM adalah jawaban untuk masalah ini,” tutupnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: