Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disebut Abaikan Pengusaha Nasional dalam G20, Bahlil: Justru Ini Peluang yang Tepat

Disebut Abaikan Pengusaha Nasional dalam G20, Bahlil: Justru Ini Peluang yang Tepat Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Baru-baru ini muncul persepsi bahwa Presidensi G20 tahun ini akan mengabaikan pengusaha nasional. Menanggapi hal ini, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan, pemerintah tak pernah mengabaikan pengusaha nasional.

Sebagai mantan pengusaha, ia menyebut ini justru menjadi peluang yang tepat untuk pengusaha dari luar untuk berkolaborasi dengan pengusaha nasional. Bahlil meyakinkan bahwa sejak dirinya masuk pemerintahan, ia selalu mendorong kolaborasi antara investasi asing dan pengusaha dalam negeri. Hal itu dilakukan pemerintah untuk mendorong ekonomi berkeadilan.

Baca Juga: Ini 3 Isu Industri di Presidensi G20, Menperin Ajak Negara Lain Kolaborasi Pulihkan Ekonomi Global

"Yakinlah bahwa sejak saya jadi Kepala BKPM, Menteri Investasi, tidak ada satu investasi asing yang masuk ke Indonesia tanpa kolaborasi. Wajib kolaborasi, minimal dengan BUMN; kalau tidak, pengusaha nasional yang ada di daerah atau pengusaha nasional yang memenuhi syarat. Ini syarat mutlak," kata Bahlil dalam acara Inagurasi Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, dan Industri G20, Selasa (8/2/2022).

Menurut Bahlil, pemerintah akan mendorong investasi hilirisasi sumber daya alam agar nilai tambah pengelolaannya bisa dinikmati dalam negeri. Dorongan hilirisasi juga sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo untuk melakukan transformasi ekonomi.

Pemerintah pun tengah menyusun aturan agar investasi asing dan dalam negeri bisa berkolaborasi dengan baik dan memberi manfaat. Oleh karena itu, upaya untuk mengolaborasikan investasi yang berasal dari luar negeri dengan pengusaha nasional akan terus ditingkatkan. Apalagi, investor luar negeri biasanya memiliki teknologi yang lebih mumpuni.

Hal ini dilakukan, tegas Bahlil, agar negara yang menguasai teknologi itu tidak mengambil semua bagian kekayaan alam Indonesia seenaknya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: