Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Riset: Bisnis Kuliner Asia Tenggara Capai Total Pendanaan 461 Juta Dolar AS di 2021

Riset: Bisnis Kuliner Asia Tenggara Capai Total Pendanaan 461 Juta Dolar AS di 2021 Kredit Foto: Alpha JWC Ventures
Warta Ekonomi, Jakarta -

Firma modal ventura Alpha JWC Ventures meluncuran studi terbarunya yang bertajuk Tapping into Indonesia’s F&B Revolution. Studi hasil kolaborasi dengan portal berita bisnis regional DealStreetAsia ini membahas aktivitas pendanaan modal ventura di industri F&B (Food and Beverages, atau kuliner) di Asia Tenggara dan juga menyajikan pembahasan menyeluruh terkait pertumbuhan eksponensial yang terjadi pada beberapa sektor industri F&B.

Selain itu, laporan ini juga menyajikan profil startup (perusahaan rintisan) kuliner dengan performa terbaik di Asia Tenggara, termasuk di antaranya Kopi Kenangan, Hangry, Mangkokku, dan ESB. Laporan ini juga memberikan prediksi tren industri kuliner di masa depan.

Baca Juga: Lolos Uji Tes di AS, Startup Rapid Tes Covid Asal Hong Kong Ini Ternyata Dibekingi Bill Gates

Startup F&B di Asia Tenggara yang terdiri atas empat kategori, Makanan dan Minuman Segar (Fresh F&B), Pesan Antar Makanan (Food Delivery), Aplikasi Direktori Restoran (Restaurant Discovery Apps), dan Layanan Daring Kebutuhan Sehari-hari (Online Grocery Services) mencatat total pendanaan senilai 461 juta dolar AS dari 49 pendanaan di tahun 2021, meningkat secara signifikan dari 250 juta dolar AS di 2020 dan 115 juta dolar AS di 2019. Selain itu, startup F&B Asia Tenggara juga telah memperoleh dana lebih dari 900 juta dolar AS dari pendanaan pemodal swasta selama 1 dekade terakhir (dari 2012 hingga 2021), di mana startup asal Indonesia mendominasi pendanaan tersebut dengan lebih dari 644 juta dolar AS.

Lebih lanjut, laporan ini mencatat bahwa di Indonesia, layanan Fresh F&B dan Online Grocery Services mengalami pertumbuhan paling cepat di antara kategori F&B lainnya selama pandemi. Bahkan dengan pertumbuhan tersebut, baik dari segi valuasi perusahaan maupun penggunaan produk, potensi pengembangan sektor kuliner masih terbuka lebar, terlihat dari rendahnya penggunaan layanan F&B berbasis teknologi di Indonesia bila dibandingkan dengan angka penetrasi penggunaan ponsel dan internet.

Laporan ini juga mengidentifikasi empat era di industri F&B Indonesia: era konvensional, inkubasi, pertumbuhan (emerging), dan kematangan (mature) dengan setiap era memiliki tingkat kesulitan, model bisnis, dan perusahaan-perusahaan unggulannya sendiri. Saat ini, Indonesia tengah berada di era pertumbuhan (emerging) yang ditandai dengan munculnya banyak perusahaan kuliner yang didukung teknologi serta munculnya startup unicorn F&B pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, Kopi Kenangan.

Menariknya, dari akhir era inkubasi hingga saat ini, minat investor makin kuat untuk mengembangkan startup F&B serta ekosistem pendukungnya. Segmen F&B non-restoran diperkirakan akan tumbuh menjadi 426 miliar dolar AS pada tahun 2030 di Indonesia. Hal ini disebabkan layanan F&B yang terus beradaptasi dengan preferensi konsumen yang selalu berkembang untuk pesan antar makanan dibandingkan makan di tempat (dine-in) yang makin dipicu oleh pandemi. GMV (Gross Merchandise Value) pesan-antar makanan akan mencapai 14,1 miliar dolar AS pada tahun 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan yang diprediksi sebesar 21,5% antara tahun 2020-2025.

Peluncuran laporan ini bertepatan dengan perusahaan portofolio Alpha JWC, Kopi Kenangan, menjadi unicorn pertama dari industri F&B di Asia Tenggara dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS. Laporan ini membahas bagaimana Kopi Kenangan melewati kondisi pasar yang menantang yang diakibatkan pandemi dengan cara pemanfaatan ruang yang optimal, penggunaan aplikasi, dan lain-lain.

Eko Kurniadi, Partner, Alpha JWC Ventures, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/2/2022), mengatakan, "Kami sangat antusias menyaksikan evolusi industri F&B dalam beberapa tahun terakhir. Ketika perilaku konsumen berubah dan ekspektasi meningkat, perusahaan yang bersaing dalam industri ini juga menjadi lebih tangguh. Saya melihat hal ini sebagai siklus dinamis yang sangat dibutuhkan untuk terus meningkatkan inovasi di industri F&B.

"Startup F&B hadir untuk mengatasi masalah krusial yang dialami industri ini selama beberapa dekade ke belakang. Didorong oleh perkembangan teknologi dan perubahan perilaku selama pandemi, sektor ini menunjukkan pertumbuhan yang kuat serta akan meningkat pesat dalam mendongkrak keuntungan," kata Andi Haswidi, Head of ASEAN Research, DealStreetAsia.

Semua data yang dikutip dalam laporan ini berdasarkan pada penelitian lapangan, wawancara dengan responden atau narasumber perusahaan seperti Alpha JWC Ventures, ESB, Hangry, dan Mangkokku, laporan industri, pengumuman perusahaan, laporan media, dan pengajuan peraturan di Accounting and Corporate Regulatory Authority Singapura, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Indonesia, dan DATA VANTAGE DealStreetAsia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: