Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PLN Dorong Konversi Kompor LPG

PLN Dorong Konversi Kompor LPG Kredit Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT PLN (Persero) siap mendukung program konversi kompor Liquified Petroleum Gas (LPG) ke kompor induksi pada tahun ini. 

Langkah ini diambil untuk mendukung upaya pemerintah membangun kemandirian energi dan juga menghemat anggaran pendapatan belanja negara (APBN).

Baca Juga: Beban Berat PLN Mencapai NZE 2060

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini impor LPG dari tahun ke tahun terus naik seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat yang diprediksi pada 2024 impor LPG bisa mencapai Rp67,8 triliun. 

Dengan beralih ke kompor induksi maka ketergantungan terhadap impor LPG akan berkurang secara bertahap sehingga bakal mendorong kemandirian energi. 

"Masalah defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) akibat impor LPG secara perlahan juga dapat diselesaikan. Arahan Bapak Presiden di Istana Bogor sudah sangat jelas, yaitu untuk mengubah energi berbasis impor ke energi berbasis domestik. Salah satunya melalui konversi penggunaan kompor LPG ke kompor induksi," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (15/2/2022).

Darmawan mengatakan, bukan hanya impor saja tetapi langkah konversi ini juga akan menekan subsidi LPG dalam APBN yang terus membengkak. 

Sebagaimana diketahui, pada 2021 pemerintah menganggarkan Rp 61 triliun untuk subsidi LPG. Angka ini akan terus naik menjadi Rp71,5 triliun pada 2024. Terlebih saat ini, pemakaian LPG memang dianggap seakan-akan lebih murah dari kompor listrik. 

Namun jika dicermati lebih jauh harga LPG di pasaran merupakan harga yang telah disubsidi dari APBN. Darmawan mengatakan Harga keekonomian LPG sebelum disubsidi APBN adalah Rp13.500 per kg, yang kemudian Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG subsidi dibanderol Rp7.000 per kg. Artinya, pemerintah mengeluarkan anggaran Rp6.500 untuk subsidi per kg LPG. 

"Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp6.500," ujarnya.

Disisi lain, jika menghitung perbandingan berbasis kalori, 1 kg LPG setara dengan 7 kWh listrik. Harga keekonomian 1 kg LPG yaitu Rp13.500 jelas lebih mahal daripada 7 kWh listrik yang biayanya sekitar Rp10.250.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: