Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemulihan Ekonomi Global Tidak Merata, Sri Mulyani Ingatkan Risiko Ekonomi Kian Meningkat

Pemulihan Ekonomi Global Tidak Merata, Sri Mulyani Ingatkan Risiko Ekonomi Kian Meningkat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/1/2022). Rapat kerja tersebut terkait evaluasi APBN tahun 2021 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 serta rencana PEN 2022. | Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyoroti ketimpangan ekonomi di dunia yang terjadi lantaran pandemi Covid-19, terlebih sejak kemunculan varian Omicron yang makin meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

"Pemulihan ekonomi yang tidak merata ini menimbulkan berbagai risiko. Seperti risiko inflasi menjadi condong ke atas didorong gangguan rantai pasok," kata Sri Mulyani dalam 1st Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) G20 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Ancaman Perubahan Iklim Bisa Lebih Besar dari Pandemi

Menurutnya, inflasi yang terus meningkat akan berpengaruh pada harga pangan di dunia yang berpotensi kian melonjak. Hal ini juga mungkin terjadi di Indonesia. Meskipun inflasi jangka panjang relatif terkendali, kata Sri Mulyani, namun kondisi ini perlu dipantau secara ketat untuk menghindari risiko inflasi yang lepas kendali.

Di sisi lain, ketimpangan ekonomi global ini juga dapat memicu risiko tekanan upah pasar tenaga kerja hingga melonjaknya harga energi.

Kondisi ini pada akhirnya akan berdampak pada kondisi keuangan global yang kain ketat. Selain itu, risiko yang juga mungkin terjadi adalah terbatasnya ruang fiskal untuk mendorong perekonomian.

"Oleh karena itu, diperlukan kebijakan fiskal yang lebih terencana lantaran kebijakan ekonomi makro domestik suatu negara juga dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi perekonomian lain, dalam hal ini, kebijakan normalisasi bank sentral di negara maju," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: