Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Bos Tugu Insurance, Perusahaan Asuransi Berpredikat A- Global selama 6 Tahun Beruntun

Kisah Bos Tugu Insurance, Perusahaan Asuransi Berpredikat A- Global selama 6 Tahun Beruntun Kredit Foto: Tugu Insurance

Nah, sekarang itu tantangannya adalah bagaimana kita bisa meningkatkan penetration itu. Meningkatkan dari 0,5 menjadi lebih dari itu. Ini tugas kita bersama. Tidak bisa hanya dilakukan oleh satu perusahaan asuransi, tapi ini secara industri juga harus bekerja sama. Makanya selama ini sudah banyak inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu dari OJK maupun asosiasi asuransi, untuk bagaimana meningkatkan literasi di Indonesia. 

Kemudian, kami juga harus mencerna dan mendengarkan dengan baik, makanya ‘kan tadi kualitas leadership itu salah satunya adalah memahami, mendengar. Ini juga dibutuhkan untuk bisa memahami kebutuhan masyarakat Indonesia yang saat ini belum tersentuh oleh asuransi. Kemudian, bisa menciptakan sebuah produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka dan yang paling penting produk ini harus terjangkau oleh masyarakat. Kalau mereka tahu dan sebagainya, tapi produknya tidak terjangkau oleh mereka ya bagaimana bisa. Jadi harus pandai-pandai kita untuk mendengar dan menggali apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menciptakan produk-produk dan layanan yang sesuai. 

Nah, untuk bisa men-touch mereka itu membutuhkan akses. Bagaimana caranya masyarakat bisa mengakses. Kami bikin produknya gampang, tapi bagaimana setelah itu masyarakat tahu dan bisa mengakses produk ini kan itu ada tantangan lain lagi yang bisa dilakukan. Mempermudah akses bagi masyarakat untuk dapat menikmati produk dan jasa dari perusahaan asuransi.

Dari Tugu Insurance sendiri, apa saja yang sudah dilakukan agar masyarakat dapat menikmati produk asuransi itu sendiri?

Kami ‘kan terus-menerus melakukan peningkatan literasi dari masyarakat melalui media sosial yang kami miliki. Misalnya, sekarang kami punya media sosial di Instagram, Twitter, Facebook, LinkedIn. Itu semua dalam rangka untuk berkomunikasi dengan masyarakat supaya mereka bisa lebih mengerti mengenai dunia asuransi dan kami juga paham kebutuhan-kebutuhan mereka. Kemudian juga dengan bantuan media, baik cetak maupun televisi, lebih banyak membuat berita-berita yang berkaitan dengan asuransi. Itu yang kami lakukan. Kemudian melalui program-program CSR, kami memberdayakan masyarakat. Kemudian juga pendekatan kepada komunitas-komunitas, melakukan edukasi-edukasi dengan sekolah-sekolah, dan lain sebagainya. Itu yang terus konsisten kami lakukan.

Dari apa yang sudah dilakukan oleh Tugu Insurance, kelompok mana yang paling mendominasi nasabah Tugu Insurance?

Kalau nasabah di Tugu Insurance ‘kan terbagi atas dua, yang satu dalam bentuk perusahaan, yang satu lagi dalam bentuk individu personal. Kalau untuk perusahaan, semua jenis perusahaanlah ya, mulai dari yang bergerak di bidang energi sampai yang bergerak di bidang SME juga menjadi nasabah kami. Tapi kalau dari sisi yang personal, memang mix juga. Tapi sekarang kalau dilihat dari sisi generasinya, sekarang generasi milenial itu sudah besar jumlahnya, bahkan sudah lebih dari setengah customer kami boleh dikatakan sudah mewakili generasi milenial. Kalau yang gen Z itu belum banyak, ada beberapa tapi persentasenya masih sedikit.

Bagaimana dengan kinerja perusahaan belakangan ini?

Bagus, makanya dapat award mulu dari Warta Ekonomi. Kami tahun 2021 kemarin tumbuh dengan baik, dibandingkan tahun 2020 achievement-nya. Bahkan, kalau berdasarkan gross written premium (GWP), kami tahun 2021 itu sudah memecahkan rekor tertinggi selama Tugu berdiri. Itu dari sekitar Rp3,8 triliun, ini anaudited ya, belum yang audited. Kemudian, dari sisi underwriting surplus sudah hampir Rp1 triliun, sekitar Rp900 [miliar] dari analyzing results-nya. Saya rasa ini juga rekor baru buat Tugu, jadi selama 40 tahun berdiri, baru sekarang ini dari sisi underwriting-nya kita bisa mencapai setinggi itu. Itu kalau dari sisi finansialnya. 

Kalau dari sisi pengakuan lembaga independen, kami juga mendapatkan status rating A- dari global rating-nya A.M. Best itu bisa kami pertahankan, ini mungkin tahun ke-6 kami pertahankan. Di dalam masa pandemi, seperti yang terjadi di 2020 dan 2021 kemarin, yang sekarang juga masih kami alami, tapi alhamdulillah ranking kami enggak turun, bahkan masih kuat, masih stabil di A-. Ini juga sebuah pencapaian dari salah satu perusahaan nasional seperti Tugu, ini adalah satu-satunya yang mendapatkan global rating A- di Indonesia.

Berbicara soal tenaga kerja, apa saja yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM?

Untuk meningkatkan kualitas SDM, dari awal sampai akhir kami pikirkan. Mulai dari awal artinya mulai dari rekrutmen pun kami sudah mempunyai syarat-syarat rekrutmen, jadi kualitas people yang akan kami rekrut itu sudah mempunyai kualitas dan standar tertentu. Ini penting untuk menjaga bahwa Tuguers, atau karyawan Tugu, memiliki kualitas yang baik. Tidak hanya dari skill tapi juga dari karakter, itu yang paling penting.

Kemudian, ada juga program pengembangan. Pengembangan dari kami juga kami lakukan terus, baik secara langsung seperti melalui program training, program training-nya pun sekarang sudah hybrid, enggak face-to-face pun ada. Jadi, dalam masa pandemi pun enggak berarti kami berhenti belajar. Kami juga sudah membangun yang namanya Tugu Institute, itu ada tiga, T-learn, T-talk, T-share. Jadi T-share itu untuk sharing knowledge untuk siapa saja yang mempunyai pengetahuan, itu bisa sharing knowledge. Kemudian bisa diakses oleh seluruh karyawan Tugu. Ada T-learn, belajar, misalnya kayak workshop dan lain sebagainya. Training, pembelajaran mengenai pengetahuan baru, itu melalui T-learn. Terus ada lagi T-talk. Kalau T-talk lebih banyak ke arah menggali experience, pengalaman, dari teman-teman atau pun dari orang-orang pihak eksternal yang bisa bermanfaat kiranya bagi karyawan Tugu juga, ini adalah suatu development juga. 

Tapi development kan enggak melulu dari sisi training. Ada juga dari program-program yang pemberian project tertentu, melibatkan seseorang dalam pemberian project, itu juga pembelajaran. Kemudian, juga ada rotasi pembelajaran, dari underwriting ke marketing, atau sebaliknya. Dari bidang-bidang yang lain juga ada perputaran. Itu kan juga bisa menambah pengalaman dan pengetahuan seseorang. Jadi itu mix. Kemudian, dari sisi career management, kami juga sudah menyiapkan karier yang sifatnya generalist, specialist, itu juga kami buat. Kemudian, kami juga ada penilaian kompetensi dan pengembangan kompetensi dari setiap individu yang ada di Tugu. Bahkan kami juga sudah punya talent-mapping-nya. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: