Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fakta Menarik Presiden Terpilih Yoon Suk-yeol, Disebut Donald Trump-nya Korea Selatan

Fakta Menarik Presiden Terpilih Yoon Suk-yeol, Disebut Donald Trump-nya Korea Selatan Kredit Foto: Reuters/Ahn Young-joon

2. Keras terhadap Korea Utara

Presiden Moon Jae-in lebih mengedepankan diplomasi dengan Korea Utara sebagai pusat ambisi kebijakan luar negerinya. Namun, kepresidenan Yoon akan menandai perubahan dalam hubungan antar-Korea.

Ia telah menyerukan kerja sama yang lebih besar dengan Amerika Serikat (AS) untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Yoon juga ingin mengembangkan teknologi yang memungkinkan Korea Selatan melancarkan serangan terlebih dahulu, apabila ancaman nuklir Korea Utara bakal segera terjadi.

Menurutnya, sanksi internasional diperlukan untuk menekan Korea Utara agar menyerahkan senjata nuklirnya.

Artinya, pria 61 tahun ini akan menyelaraskan tujuan denulirisasinya dengan AS, alih-alih menjadikan AS sebagai mediator seperti saat Moon mengupayakan negosiasi antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump.

3. Merapat ke AS untuk menghadapi China

Konsisten dengan sikap lama Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif, Yoon telah menekankan aliansi AS-Korea Selatan yang lebih kuat, terutama untuk memantau Korea Utara. Ia pun telah meminta negaranya agar berperan lebih besar dalam hubungannya dengan AS dengan bekerja sama dalam isu 'garda baru' yang menjadi kunci persaingan ekonomi AS-China.

Industri teknologi canggih Korea Selatan pun ingin dimanfaatkannya dalam strategi tersebut, misalnya ketahanan rantai pasokan melalui baterai kendaraan listrik, ruang angkasa, dan keamanan siber.

Pria yang lahir pada 18 Desember 1960 ini juga mencoba untuk menyeimbangkan kepentingan keamanan dan ekonomi negaranya yang saling bertentangan dalam masalah China.

Selain itu, ia mengeklaim Korea Selatan akan bekerja sama lebih banyak dengan aliansi keamanan 'Quad' yang beranggotakan AS, Australia, dan Jepang, tetapi belum mengajukan keanggotaan formal dalam kelompok ini.

Yoon juga menyatakan menentang pelanggaran norma-norma demokrasi liberal dan HAM. Namun, ketika ditanyakan bagaimana sikapnya akan pelanggaran HAM di China, ia menolak untuk membahas 'pertanyaan hipotesis'.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: