Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Butuh 8 Hingga 10 Pabrik Hilirisasi Batu Bara untuk Hemat Pengeluaran

Indonesia Butuh 8 Hingga 10 Pabrik Hilirisasi Batu Bara untuk Hemat Pengeluaran Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencatat setidaknya Indonesia memerlukan 8-10 pabrik hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME). Pasalnya, dengan satu pabrik gasifikasi saja mampu menghemat subsidi LPG sebesar Rp70 triliun.

Saat ini Indonesia baru memulai membangun satu pabrik DME melalui kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero), dan Air Products. Pabrik ini terletak di Muara Enim, Sumatera Selatan dan sudah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Januari 2022 lalu.

Baca Juga: Berkat Batu Bara, Neraca Dagang RI Melambung Tinggi di Februari 2022

"Satu pabrik DME bisa menghemat Rp7 triliun, artinya kita memerlukan 8-10 pabrik gasifikasi batu bara untuk DME," ujar Erick, Selasa (22/3/2022). 

Erick mengatakan, dalam proses pembangunan dan pengembangan pabrik gasifikasi batu bara perlu kolaborasi antara BUMN dan pihak swasta nasional dan global. Kerja sama ini diperlukan untuk mempercepat hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter sehingga ketergantungan impor LPG dapat ditekan.

"Tidak hanya BUMN, kita mengharapkan beberapa perusahaan batu bara swasta bisa meng-switch DME sehingga ketergantungan kita LPG dengan negara lain bisa kita tekan," ujarnya. 

Selain itu, Erick mengatakan bahwa nikel harus diproses di Indonesia dengan multinasional partner. "Kita juga tetap melibatkan ketika investasi dengan para pengusaha yang ada di Indonesia, yaitu pembangunan ev battery bersama LG yang merupakan salah satu pemain terbesar baterai di dunia," ujar Erick, Selasa (22/3/2022).

Erick mengatakan, kementerian juga tidak memilih atau menerima investasi hanya dari satu negara saja. "Kita juga tidak dikotomi hanya kepada satu negara, kita juga melakukan kerja sama dengan CATL untuk membangub ev battery ini," ujarnya.

Dengan adanya investasi tersebut, Erick menyebut bahwa tujuan utama dari adanya hilirisasi adalah terbukanya lapangan pekerjaan di Indonesia. "Yang paling penting turunan dari ev battery ini kita mau memastikan bahwa hilirisasi ini terjadi sehingga lanpangan kerja tetap ada di Indonesia, bukan di negara lain," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: