Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Risiko BPA, Riset Anyar YLKI Ungkap Bobrok Industri AMDK

Sekaitan itu, Tulus Abadi, mendorong BPOM untuk mempublikasikan hasil penelitian uji post-market migrasi BPA 2021-2022 atas fasilitas produksi dan distribusi galon plastik keras di seluruh Indonesia. "Masyarakat berhak tahu sudah sejauh mana level migrasi BPA pada air galon yang banyak beredar di pasar, apakah masih di bawah ambang berbahaya atau sebaliknya," katanya dalam sebuah acara bincang-bincang membahas hasil survei YLKI di radio berbasis Jakarta, KBR. 

Berbicara dalam talkshow yang sama, Arzeti Bilbina, anggota Komisi IX DPR, mendesak produsen galon air minum memperbaiki standar distribusi demi menjaga kualitas produk yang sampai ke tangan konsumen. "Itu bagian dari tanggung jawab mereka sebagai produsen," katanya.

Bila perlu, Arzeti bilang pemerintah bisa mengkondisikan agar galon yang berbahan plastik keras polikarbonat tidak lagi beredar di pasaran. "Itu merusak tumbuh kembang anak-anak Indonesia, kalau bisa langsung 'BPA Free' saja," katanya.

Pada 30 Januari 2022, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Berita Antara, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang, mengungkap bahwa pihaknya menemukan "sejumlah kecenderungan mengkhawatirkan" terkait luluhnya BPA pada galon guna ulang yang berbahan polikarbonat. Penemuan itu, menurut laporan tersebut, berdasarkan uji sampel post-market yang dilakukan BPOM selama periode 2021- 2022 di seluruh Indonesia. Hasilnya adalah kelompok rentang bayi (usia 6-11 bulan) berisiko terpapar BPA 2,4 kali dari batas aman sementara anak-anak (usia 1-3 tahun) 2,12 kali.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: