Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Polemik IDI dan Terawan, Pakar: Menjaga Dunia Kesehatan Vs Inovasi dan Kreativitas

Polemik IDI dan Terawan, Pakar: Menjaga Dunia Kesehatan Vs Inovasi dan Kreativitas Kredit Foto: Dedi Mulyadi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) memberhentikan mantan Menteri Kesehatan RI Prof Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K) sebagai anggota IDI yang diputuskan pada acara Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh hari Jumat lalu (25/3/2022).

Dalam perspektif kebijakan publik, IDI melakukan tindakan keras seperti itu untuk memberikan pelajaran kepara dokter terawan dan seluruh anggota IDI untuk tetap memperhatikan standarisasi kesehatan publik yang ditetapkan IDI sebagai organisasi profesi.

Baca Juga: Tagar Bubarkan IDI Menggema di Twitter, Sejumlah Tokoh Dukung Terawan dan Berikan Testimoni

"Maksud IDI adalah baik yaitu menjaga dunia kesehatan Indonesia tetap kredibel di mata publik Indonesia dan dunia," ungkap Achmad Nur Hidayat MPP, Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta dalam keterangan, Senin (28/3/2022).

Lanjutnya bahwa IDI mempertahankan compliance kesehatan dimana zero mistake dunia kesehatan adalah sebuah keharusan dan tidak boleh diabaikan. 

"Bisa dimaklumi bahwa IDI berupaya menjaga kesehatan masyarakat itu dengan sesuatu yang proven. Namun kreativitas dan inovasi memerlukan fleksibilitas yang lebih longgar daripada compliance yang ketat. Disinilah letak dilemanya," ungkapnya.

Bagi analis kebijakan publik, dua cara pandang yang berbeda ini menarik. Satu sisi IDI sangat ketat, disisi lain inovasi dan kreativitas juga dibutuhkan agar dunia kesehatan Indonesia dapat mandiri dan berkembang jauh melampaui negara lainnya.

IDI terasa hanya sebagai organisasi proxy WHO yang inovasi dan kemandiriannya dalam dunia kesehatan dapat dikte oleh organisasi dunia pengecualian di zaman Dr Siti Fadilah Supari.

"Beliau berani melawan oligarki kesehatan dunia tersebut termasuk industri farmasi dibelakangnya," ungkapnya.

Dunia kesehatan seharusnya tetap memberikan ruang kreativitas untuk tenaga kesehatan untuk berinovasi dengan tetap menjaga efek samping atau dampak fatal dari uji coba yang dilakukan dari kreativitas tersebut.

"Untuk mendukung inovasi dunia kesehatan seharusnya menjaga agar compliance dan kreativitas harus balance," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: