Kredit Foto: Luckin Coffee Singapura
Luckin Coffee didirikan pada Oktober 2017 di Beijing oleh mantan COO UCAR Jenny Qian Zhiya dengan dukungan pendiri UCAR Charles Lu Zhengyao.
Perusahaan ini hadir dengan model bisnis berbasis teknologi yang mengandalkan pemesanan melalui aplikasi, pengiriman cepat, dan gerai kecil dengan fokus pada layanan take-away.
Strategi ekspansi yang dilakukan Luckin Coffee sangat agresif, sehingga dalam waktu kurang dari dua tahun saja sudah berhasil melampaui jumlah gerai Starbucks di Tiongkok dan melantai di NASDAQ pada Mei 2019.
Pada 2020, perusahaan ini sempat dihantam skandal besar ketika terungkap bahwa COO Jian Liu dan sejumlah karyawan memalsukan penjualan hingga ratusan juta dolar. Akibatnya, saham Luckin anjlok, di-delisting dari NASDAQ, dan sejumlah eksekutif, termasuk CEO Jenny Qian, diberhentikan. Luckin kemudian menjalani restrukturisasi besar-besaran di bawah kepemimpinan baru, termasuk pengajuan kebangkrutan Bab 15 di AS untuk melindungi asetnya.
Setelah restrukturisasi, Luckin Coffee berhasil bangkit dengan fokus pada perbaikan tata kelola, kualitas produk, dan inovasi. Mereka meluncurkan varian baru seperti Luckin Tea dan memperluas jaringan gerai secara lebih hati-hati.
Pada Maret 2022, perusahaan resmi keluar dari proses kebangkrutan dan kini dikendalikan oleh firma ekuitas swasta Tiongkok, Centurium Capital.
Meski belum membuka gerai di Indonesia, Luckin Coffee telah menjalin kerja sama strategis dengan Kabupaten Kepulauan Banggai pada Maret 2025. Wilayah ini ditetapkan sebagai sumber eksklusif santan premium untuk produk andalan mereka, Coconut Latte.
Hingga tahun 2024, Luckin Coffee telah memiliki 22.340 gerai di seluruh dunia, dengan jumlah pelanggan yang bertransaksi melebihi 330 juta orang di Tiongkok dan ekspansi ke Singapura, Jepang, Malaysia, dan lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement