Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berseberangan dengan MUI, Ketum Partai ini Malah Minta Warung Makan Tetap Buka Seperti Biasa

Berseberangan dengan MUI, Ketum Partai ini Malah Minta Warung Makan Tetap Buka Seperti Biasa Kredit Foto: Partai Rakyat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbeda Dengan MUI, Ketum Partai Rakyat Arvindo Noviar Minta Warung Makan Di Bulan Ramadhan Tetap Dibuka

Ketua Umum Partai Rakyat Arvindo Noviar menanggapi pernyataan MUI terkait usulan untuk menutup warung di siang hari selama bulan Suci Ramadhan, Selasa (28/3/2022).

Menurut Arvindo, MUI seperti kebingungan terkait tugas dan fungsinya. Hingga akhirnya, mengurusi masalah privat.

"Sejak labelisasi produk halal diambil alih oleh kemenag, MUI sepertinya bingung, 'sebagai LSM mereka harus berfungsi sebagai apa lagi ya?', jadi terkesan seperti tidak punya kerjaan begitu. Belakangan mencekal Ayu Ting Ting dengan tema janda, sekarang mengurusi warung makan saat bulan puasa,“ kata Arvindo Noviar.

"Coba itu, karena bingung, akhirnya MUI melabeli rakyat yang sedang mencari nafkah dengan menjual makanan yang seharusnya bernilai ibadah malah dilabeli 'menodai bulan ramadhan', ngawur!. Rakyat yang mencari nafkah dengan menjual makanan di bulan puasa Itu InsyaAllah pahalanya double,” tandasnya.

Arvindo justru berseberangan dengan langkah MUI. Ia malah mengimbau agar warung makan tetap buka di siang hari selama Ramadhan.

“Saya bersebrangan dengan MUI, saya menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia yang memiliki warung makan untuk tetap membuka warung makannya seperti biasa, bahkan kalau perlu lebih memamerkan makanan yang dijualnya,” jelasnya.

Ia beralasan memajang makanan di saat bulan puasa itu baik, karena menambah pahala bagi rakyat yang sedang berpuasa.

"Iya dong, kan puasa itu memang ujian kepada manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, terutama makan dan minum. Nah, justru di situ hakikat puasa sesungguhnya, maka silahkan rakyat yang ingin menjual makanan di bulan puasa, buatlah makanan yang semenggiurkan mungkin, semakin menggiurkan, semakin besar potensi pahala yang bisa didapatkan oleh rakyat yang mampu mengendalikan keinginannya dan tetap menjaga puasanya,”. Terang Arvindo.

"Dengan melarang warung makan memamerkan makanan yang dijual, MUI justru mencabut potensi pahala yang bisa didapatkan oleh kedua pihak, yang pertama kepada rakyat yang berpuasa dan kepada rakyat yang sedang mencari nafkah dengan berjualan makanan,” . Sahut Arvindo.

Arvindo menilai pemahaman MUI tentang bulan puasa tidak jauh berbeda dengan FPI.

"Logika MUI Ini sepertinya tidak jauh-jauh dengan FPI, Kalau logika sederhana begitu saja tidak paham, ya tolong jangan pakai label "Ulama” lah, malu-maluin," kritiknya keras.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: