Genjot Digitalisasi
Sementara itu, di tengah fokus untuk menggarap potensi bisnis kafe dan resto konvensional, Destry Anna Sari Asisten Deputi Konsultasi Bisnis dan Pendampingan Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM mengingatkan, para pelaku UMKM khususnya di sektor kuliner untuk serius melakukan digitalisasi usaha.
Ia menyebut, saat ini ada 64,2 juta UMKM di Indonesia. Jumlah tersebut mencakup 99,9% usaha di nusantara. Sayangnya, dari 99% populasi usaha, hanya 18,83% yang sudah terhubung secara digital.
“Sektor kuliner merupakan potensial winner di masa pandemi, apalagi yang memperhatikan aspek kesehatan, ramah lingkungan dan berbasis alam,” ujarnya.
Baca Juga: Dorong Perbaikan Produk dan Digitalisasi, KemenkopUKM Minta UMKM Manfaatkan PLUT
Dengan digitalisasi yang dijalankan, ia pun mengatakan, para pelaku UMKM kuliner bisa punya akses pasar yang lebih luas. Bahkan, bisa mengakses pengadaan barang dan jasa pemerintah secara online. Ia menjamin, saat ini pemerintah akan memprioritaskan produk lokal khususnya dari UMKM untuk mengisi kebutuhan barang dan jasa pemerintah.
“Pengadaan barang dan jasa pemerintah nilainya sampai Rp400 triliun pertahun. Termasuk ada kebutuhan makanan dan minuman di situ. Resto dan kafe bisa menawarkan paket-paket makanan dan minuman untuk acara pemerintah,” kata Destry.
Giri Buana pun sepakat, digitalisasi tak bisa diabaikan begitu saja oleh pelaku usaha kuliner sekalipun efek pandemi sudah mulai mereda.
“Pandemi mengajarkan kita untuk pintar melakukan efisiensi. Konsep ghost kitchen buat usaha kuliner misalnya, memangkas banyak investasi dan overhead cost. Makanya itu sangat berkembang di luar negeri. bukan sekadar karena ada pandemi tapi memang sudah saatnya era seperti ini,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyarankan para pelaku usaha kafe dan resto untuk terus berinovasi pada produknya.
“Jangan terlalu yakin produk kita sudah kuat. Inovasi tetap perlu. Jangan pikir sudah go digital dengan daftar di GoFood atau GrabFood kita tinggal duduk manis. Banyak hal teksnis yang harus kita kuasai, seperti foto produk dan grafis yang bagus di online, ” serunya.
Terakhir, ia mengingatkan para pelaku usaha kuliner untuk memperhatikan standarisasi produk makanan dan minumannya.
“Meski diusaha kafe dan resto ada sesuatu yang bisa kita jual seperti kenyamanan, estetika atau suasana outdoor, produk makanan tetap penting. Kalau enak mereka akan kembali dan enaknya itu harus konsisten (terstandar),” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: