Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom Sebut Penyesuaian Harga Pertamax Dikhawatirkan Membuat Pertalite Langka

Ekonom Sebut Penyesuaian Harga Pertamax Dikhawatirkan Membuat Pertalite Langka Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Bogor -

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengkhawatirkan keputusan PT Pertamina (Persero) untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan RON 92 (Pertamax) menjadi Rp12.500 akan membuat kelangkaan terhadap BBM subsidi Pertalite.

Hal tersebut berpotensi cukup besar lantaran harga dari kedua bahan bakar tersebut yang memiliki selisih cukup jauh. 

Baca Juga: Keputusan Pertamina Menaikkan Harga Pertamax Akan Berdampak ke 115 Juta Masyarakat

"Masyarakat akan cari alternatif BBM yang lebih murah, karena selisih lebar sekali antara Pertamax dan Pertalite. Dikhawatirkan migrasi ke Pertalite membuat kelangkaan terjadi," ujar Bhima saat dikonfirmasi WartaEkonomi, Jumat (1/4/2022).

Bhima menyebut hal itu harus segera diantisipasi pembengkakan alokasi subsidi energi di tahun 2022. Selain akan berpotensi membuat kelangkaan terhadap Pertalite, naiknya Pertamax akan sangat berpengaruh khususnya ke kelas menengah rentan yang jumlahnya 115 juta orang. 

Baca Juga: Pertamina Naikan Harga Pertamax Jadi Rp12.500 Per Hari Ini!

"Jika kenaikan harga barang baik BBM jenis Pertamax terjadi secara simultan dengan kenaikan tarif PPN dan naiknya harga pangan saat ramadhan maka prilaku konsumen langsung berubah. Ada yang hemat ekstrem dengan tunda belanja, bahkan tidak memutuskan mudik lebaran karena harga BBM naik," ujarnya.

Lanjutnya, indeks kepercayaan konsumen diperkirakan tergerus terutama paska lebaran dengan naiknya harga BBM maupun tarif PPN. 

"Bulan april masih dibantu THR, tapi setelah itu maka daya beli bisa merosot. PPN juga kontribusinya jangan hanya dilihat naik cuma 1 persen tapi momentum naiknya tarif PPN dimanfaatkan pedagang untuk sesuaikan harga dihampir seluruh barang. Efek psikologis ini yang tidak bisa dikendalikan," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: