Dana Indonesiana yang menjadi episode ke-18 Merdeka Belajar menarik perhatian luar biasa dari para seniman dan budayawan. Sebelumnya, pada tahun 2020, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memberikan dana Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) yang sama-sama berasal dari dana abadi kebudayaan.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, (Kemendikbudristek) Restu Gunawan mengimbau semua pihak untuk bergotong royong mengembangkan budaya di wilayah masing-masing. Sejatinya kata Restu, membangun dan mengembangkan kebudayaan bukan tanggung jawab pemerintah pusat saja. Melainkan tugas seluruh ekosistem budaya termasuk instansi pemerintah di berbagai pelosok wilayah. Partisipasi aktif seluruh pihak akan memberi dampak yang signifikan dalam pengembangan dan pemanfaatan budaya di Indonesia.
Baca Juga: Kemendikbudristek Berikan Penghargaan atas Implementasi SAKIP
“Tujuan dari Merdeka Berbudaya adalah membuka kesempatan, kemerdekaan bagi seniman dan budayawan untuk berpikir, berinovasi, dan berkreasi dengan cara dan kapasitasnya. Apalagi dengan Dana Indonesiana ini, kami tunggu proposal berkualitas yang anda kirimkan ke Kemendikbudristek,” ujar Restu dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) yang bertajuk “Berkarya dan Berbudaya dengan Dana Indonesiana” secara virtual di Youtube Kemendikbud RI pada Kamis (7/4).
Dalam kesempatan ini, salah seorang Seniman Teater bernama Siti Dexara Hachika menekankan pentingnya peran budayawan dalam menghasilkan karya yang tidak hanya dapat dinikmati pecinta seni namun juga bernilai manfaat tinggi bagi masyarakat luas. “Bagi saya, karya yang baik itu dapat mengajak orang berefleksi. Berawal dari kegelisahan saya, saya tuangkan ke dalam riset, dan melalui YouTube saya publikasikan,” urainya.
Deksa, begitu ia biasa disapa, mengisahkan kesungguhannya dalam berkarya. Membawa nilai-nilai kebaruan, sebelum berkarya ia melakukan riset terlebih dahulu. Riset yang dilakukannya bahkan memakan waktu tiga tahun. Adapun tema risetnya membahas definisi kecantikan di Indonesia. Deksa menuturkan, ia tidak melakukan komersialisasi atas karyanya. Karya tersebut ia publikasikan di YouTube agar makin banyak orang yang dapat menikmati dan mengambil manfaatkan positif dari karyanya itu.
Menyoroti proses seleksi FBK tahun 2020, Deksa menilai bahwa Kemendikbudristek telah menempatkan orang-orang yang telah memahami tugas dan fungsi sebagai panitia seleksi yang profesional. “Teman-teman seniman jangan takut untuk mengikuti program ini. Saya berharap banyak seniman yang berpartisipasi. Kesempatannya sudah ada. Ayo, buat proposalnya dan kirim. Kalau kalian yakin (melakukan ini dengan) niatnya baik, insya allah baik pula hasilnya,” tuturnya.
Deksa mengisahkan, sebelum pengajuan proposal FBK, ia telah melakukan riset terlebih dahulu untuk mengecek barang dan harga yang akan dicantumkan ke dalam proposal. Selanjutnya, ia menempuh mekanisme pendaftaran sesuai ketentuan dan lolos pada seluruh tahap seleksi hingga berhasil mengikuti lokakarya di Jakarta. Walaupun ada isu negatif soal pemotongan anggaran yang akan diterima, namun Deksa mengaku tidak mengalami hal itu.
Baca Juga: Usut Dugaan Profesor Gadungan, Polisi Akan Gandeng Kemendikbudristek, Musni Umar Mohon Siap-siap!
“Dana yang saya ajukan, dilihat oleh tim verifikator. Jika ada nama barang yang belum lengkap, mereka memberi masukan untuk saya tambahkan misalnya untuk keperluan dana kesehatan,” ungkapnya takjub dengan ‘bimbingan’ yang ia terima dari tim verifikator.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar