Deksa optimistis, nantinya makin banyak budayawan yang tertarik untuk memanfaatkan Dana Indonesiana. Terlebih, program FBK di tahun sebelumnya sudah dikenal di kalangan insan budaya. “Di tahun 2020, bersamaan dengan waktu saya mendaftar ada 2.000 proposal yang masuk, tahun 2021 ada 6.000 proposal. Artinya, para seniman dan budayawan sudah mengetahui ada program tersebut,” ucapnya.
Senada dengan Deksa, Johanes Pambudi Kusumo, salah satu penerima manfaat Dana Indonesiana dalam FBK turut berbagi cerita. Berawal dari keinginannya membuat video dokumenter yang berjudul Perias Bidadari, sineas ini mengajukan proposal pada tahun 2020. Selanjutnya, ia diundang untuk mengikuti lokakarya yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek di Jakarta.
Baca Juga: Kemendikbudristek Luncurkan Platform Rapor Pendidikan dalam Merdeka Belajar Episode ke-19
Saat pelaksanaan lokakarya tersebut, Johanes mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyusun anggaran yang diperlukan untuk pembuatan video dokumenter. Menurutnya, proses untuk mendapatkan FBK bagi semua budayawan sangat mudah, karena pemerintah juga melakukan verifikasi ajuan anggaran yang dibutuhkan dengan sangat sportif dan akomodatif.
“Jadi saat lokakarya kita akan dibimbing, jika anggaran yang kita ajukan ada revisi maka akan diarahkan, bahkan dalam proposal saya beberapa ada penambahan untuk disesuaikan,” cerita Johanes.
Dana FBK yang diterima Johanes sangat bermanfaat dalam membuat karya dan membantu para seniman lainnya yang terlibat. “Waktu itu kan sedang krisis, jadi kita bisa mengajak seniman yang sudah lama tidak bekerja untuk terlibat dalam pembuatan video dokumenter, nah itu sangat berguna karena kita juga memberikan honor kepada mereka,” jelasnya.
Merasakan banyak manfaat dari FBK yang diperoleh, Johanes berharap kepada pemerintah pusat agar melibatkan pemerintah daerah (Pemda) dalam mempromosikan Dana Indonesiana. “Saya rasa pemerintah daerah bisa ikut mempromosikan dana FBK ini dan menggali potensi-potensi budaya yang ada di daerahnya,” kata Johanes. Selain itu, menurut Johanes, informasi melalui media sosial juga perlu dipertahankan sebagai salah satu jalan promosi di era saat ini.
Memasuki akhir acara, Johanes berbagi tips kepada pelaku budaya yang ingin mendapatkan Dana Indonesiana. Menurutnya, dalam mengajukan anggaran yang dibutuhkan harus detail, rinci, dan jujur. “Jadi apa saja yang diperlukan silakan dimasukkan dalam ajuan anggaran, seperti saya dalam membuat video dokumenter maka saya mengalokasikan untuk biaya pemeran utama, figuran, model, lampu yang dibutuhkan, kamera, dan lain-lain,” cerita Johanes.
Baca Juga: Dorong Kebangkitan Talenta Sains Muda, Kemendikbudristek Apresiasi Pemkot Cimahi Gelar IMPRESS 2022
Pada kesempatan ini, Kepala Divisi Keuangan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Juni Dearmanita memberi beberapa penekanan bahwa akan menjamin pembayaran dana kepada seluruh penerima tepat waktu. “Asalkan syarat dan dokumennya sudah terpenuhi. Penerima dana diharapkan melaksanakan kewajibannya terkait dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban penggunaan dananya karena kita akan diaudit juga oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),” jelas Juni menutup pernyataannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar