Berdasarkan laporan Global Residential Cities Index periode Q4 2021 yang dirilis oleh Knight Frank Global, rata-rata pertumbuhan harga residensial tahunan di 150 kota di seluruh dunia tercatat tumbuh 11% pada kuartal IV 2021. Angka ini merupakan yang tertinggi selama 18 terakhir sejak 2004.
"Situasi lockdown yang berlarut menyebabkan warga Amerika Serikat berhasil menabung secara signifikan, diikuti juga dengan adanya peningkatan nilai ekuitas dari aset rumah yang mereka miliki. Kekayaan lebih tersebut akhirnya digunakan untuk merenovasi rumah yang ditinggali ataupun untuk membeli properti kembali," kata Kate Everett-Allen, Head of International Residential Research Knight Frank, dalam keterangan tertulis, Rabu (13/4).
Baca Juga: Rumah123 Berikan Apresiasi Tertinggi kepada Agen Properti
Menurut laporan Knight Frank, Amerika memiliki rerata pertumbuhan harga tertinggi di 15%, diikuti oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) yang tercatat memiliki rerata pertumbuhan hingga 11%. Sementara itu, kawasan Asia Pasifik tercatat memiliki angka pertumbuhan di kisaran 9%.
Global Residential Cities Index periode Q4 2021 juga mencatat bahwa Istanbul memiliki angka pertumbuhan harga residential tertinggi di dunia sebesar 63,2% selama satu tahun terakhir. Sementara itu, Kuala Lumpur direkam mengalami penurunan tertinggi sebesar -5,7% di mana setidaknya terdapat 10 kota yang tercatat mengalami penurunan harga residensial selama 2021.
Sementara di Jakarta, harga residensial mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,4% pada kuartal IV 2021. Hal ini juga seiring dengan indeks dari Bank Indonesia bahwa data akhir tahun 2021 menyatakan indeks pertumbuhan perumahan Jakarta berada di angka 1,42%. Bank Indonesia juga menyatakan indeks harga residential Jakarta di kuartal I 2022 mengalami kontraksi ke angka 1,04%. Kondisi ini juga tercermin dari performa pertumbuhan harga residential di Indonesia.
Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, optimistis kinerja sektor perumahan di 2022 masih akan tumbuh positif Hal ini didukung oleh suku bunga kredit pinjaman yang rendah dan tahan inflasi.
"Meskipun pertumbuhan harga terbatas karena pengembang cenderung menahan kenaikan harga sembari menghabiskan stok rumah siap huni dan insentif (PPN DTP) properti," tutup Syarifah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum